Senin, 22 Juni 2009

RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama sekolah : SMP Negeri 4 Palimanan kab Cirebon
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas / Semester : VIII / I
Standar Kompetensi : 1.1 Membaca :Memahami teks tulis fungsional pendek sederhana dan esei penek sederhana berbentuk recount yang berkaitan dengan lingkungan sekitar
1.2 Menulis :Mengungkap makna dalam teks tulis fungsional dan esei pendek berbentuk recount untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
Kompetensi Dasar:
2.1 Membaca nyaring bermakna teks tulis fungsional pendek dan esei berbentuk descriptive pendek dan sederhana dengan ucapan, tekanan dan intonasi yang berterima yang berkaitan dengan lingkungan sekitar
2.2 Merespon makna dalam teks tulis fungsional pendek dan sederhana secara akurat lancer, dan berterima yang berkaitan dengan lingkungan sekitar.
2.3 Mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam esei pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa bahasa tulis secara akurat lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar dalam teks berbentuk descricriptive


Indikator :
• Membaca nyaring teks tulis fungsional pendek dengan ucapan, tekanan, dan intonasi yang benar
• Memahami isi teks descriptive yang disajikan
• Menuangkan ide ide ke dalam bentuk teks descriptive
• Menggunakan struktur bahasa yang tepat dalam penulisan teks descriptive
Jenis teks : Teks descriptive
Aspek skill : 1. Membaca
2. Menulis
Alokasi waktu : 6 x 40 menit
Tujuan pembelajaran :
Pada akhir pembelajaran siswa dapat:
a. Membaca nyaring teks tulis fungsional pendek dengan ucapan, tekanan dan intonasi yang benar
b. Memahami isi teks descriptive yang di sajikan
c. Menuangkan ide kedalam bentuk teks descriptive
d. Menggunakan struktur bahasa yang tepat dalam penulisan teks descriptive
Materi pembelajaran :
a. Teks Descriptive : Tema : What Do You Think About Sydney?
b. Kosa kata terkait tema/jenis teks
Seafaring, trading, exploring, Low-lying country, coastal area, sea walls, storm. etc
c. Text structure:
1. Identification
2. Descriptions
d. Language usage:
Simple Present Tense & Present Perfect Tense
Metode / technique : Three-phase technique
Langkah-langkah kegiatan :
Pertemuan 1.
Kegiatan pendahuluan
a. Tanya jawab berbagai hal terkait dengan keadaan siswa
b. Membahas kata-kata sulit& ungkapan yang digunakan dalam text
Kegiatan inti
a. Siswa membaca nyaring teks dengan intonasi dan tekanan yang tepat.
b. Memahami isi teks secara seksama
c. Menentukan benar salah pernyataan berdasarkan teks bacaan
d. Menuliskan kalimat/pernyataan yang benar dari pernyataan yang salah
e. Melengkapi teks rumpang dengan kata-kata yang tersedia dalam tanda kurung
f. Menyusun paragraph acak menjadi paragraph yang padu
Kegiatan Penutup
a. Menanyakan kesulitan siswa dalam memahami teks recount
b. Menyimpulkan materi
Pertemuan 2
Kegiatan pendahuluan
a. Mereview ulang kata yang telah dipelajari sebelumnya
b. Tanya jawab menggunakan kata-kata yang telah dipelajari
Kegiatan inti
a. Membaca dan memahami contoh-contoh kalimat dalam yang telah ada dlm teks
b. Mengidentifikasi kegunaan dari kalimat
c. Mengidentifikasi kalimat menggunakan pola Present Perfect tense
d. Menentukan Past Participle dari kata kerja yang tersedia
e. Melengkapi kalimat dengan mengikuti pola Present Perfect Tense
f. Menyusun kata-kata menjadi kalimat Present Perfect Tense

Kegiatan penutup
a. Menanyakan kesulitan selama proses belajar mengajar
Pertemuan 3.
Kegiatan pendahuluan
a. Meriview ulang kata-kata dan pola kalimat yang telah dipelajari
b. Memahami gambar
c. Menjawab pertanyaan secara langsung /oral
Kegiatan inti
a. Membaca dan memahami teks descriptive
b. Mencari kata-kata sulit dalm teks dan mencari maknanya dalam kamus
c. Mencocokkan gambar dengan kota-kota yang benar sesuai dengan keterangannya
d. Memilih salah satu gambar untuk ditulis descripsi dari gambar yang telah dipilih
Kegiatan penutup
a. Memberi pendapat secara umum terhadap hasil tulisan siswa
b. Memberi motivasi agar siswa dapat menggunakan kalimat-kalimat yang telah dipelajari dalm kehidupan sehari-hari.
Sumber belajar
a. Buku teks yang relevan
Penilaian
a. Teknik penilaian : Tes lisan dan tertulis
b. Bentuk : Lisan dan tertulis
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Drs. Abdul Chamid, M.Pd Susiyana, S. Pd
NIP:19580702 198011 1003 NIP: 19720110 200604 2015
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama sekolah : SMP Negeri 4 Palimanan kab Cirebon
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas / Semester : VIII / I
Standar Kompetensi : 1. Medengar
Merespon makna dalam percakapan trnsaksional dan interpersonal sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
2. Berbicara
Mengungkapkan makna percakapan transaksional dan interpersonal lisan pendek sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
Kompetensi Dasar:1.2 Memahami makna yang terdapat dalam percakapan transaksional to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) sederhana secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar melibatkan tindak tutur : Meminta memberi pendapat
2.2. Memahami makna yang terdapat dalam lisan fungsional dan monolog pendek sederhana secara akurat lancer dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar dalam teks descriptive sederhana
3.2 Mengungkapkan makna yang terdapat dalam percakapan transaksional to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar melibatkan tindak tutur : Meminta , memberi pendapat, memuji dan memberi selamat.
Indikator : Merespon dan mengungkapkan Ungkapan-ungkapan :
• Meminta dan memberi pendapat
• Memuji
• Memberi selamat
Jenis teks : Transaksional dan Interpersonal
Aspek skill : 1. Mendengarkan
: 3. Berbicara
Alokasi waktu : 8 x 40 menit
Tujuan pembelajaran :
Pada akhir pembelajaran siswa dapat:
a. Merespon ungkapan meminta dan memberi pendapat
b. Merespon ungkapan memuji
c. Merespon ungkapan memberi selamat
Materi pembelajaran :
a. Materi percakapan transaksional dan intrpersonal lisan yang memuat ungkapan-ungkapan berikut :
1. A: What do you think about our president SBY?
B: I think……
2. A: What’s your opinion about our Physics assignment ?
B: In my opinion it’s much easier than the assignment we had yesterday
d. Kosa kata terkait teks : Tema : What Do You Think About Sydney?
e. Language usage : Adjective Clause

Metode / technique : Three-phase technique
Langkah-langkah kegiatan :
Pertemuan 1.
Kegiatan pendahuluan
a. Tanya jawab berbagai hal terkait dengan keadaan siswa
b. Membahas kata-kata sulit& ungkapan yang digunakan dalam text
Kegiatan inti
a. Medengarkan teks percakapan dan atau siswa mendengar guru membaca teks percakapan transaksional dan interpersonal
b. Mendengar kembali text dibaca selagi melengkapi text transaksional dan interpersonal yang rumpang.
c. Meniru / mengulang text percakapan dengan intonasi dan pengucapan yang benar
d. Menjawab pertanyaan yang ada dalam buku teks
e. Menentukan makna dan fungsi ungkapan yang didengar
f. Menjawab pertanyaan tentang isi percakapan
g. Memberi respon lisan dan tertulis terhadap ungkapan yang didengar.
Kegiatan Penutup
a. Menanyakan kesulitan siswa dalam memahami ungkapan-ungkapan dalam percakapan transaksionl dan interpersonal
b. Menyimpulkan materi
Pertemuan 2
Kegiatan pendahuluan
a. Mereview ulang ungkapan-ungkapan yang telah dipelajari sebelumnya
b. Tanya jawab menggunakan ungkapan-ungkapan
Kegiatan inti
a. Membaca percakapan transaksional dan interpersonal yang ada secara berpasangan
b. Mencari / menemukan ungkapan-ungkapan lain yang sejenis
c. Melengkapi text rumpang saat guru membacakan/memperdengarkan teks dengan lengkap
d. Mempelajari tentang penggunaan adjective clause dalam kalimat.
e. Menyelesaikan latihan-latihan yang diberikan oleh guru/ yang ada dalam buku
Kegiatan penutup.
a. Menanyakan kesulitan siswa
b. Menyimpulkan materi
c. Menugaskan siswa melanjutkan latihan dirumah
Pertemuan 3
Kegiatan pendahuluan
c. Mereview ulang ungkapan-ungkapan yang telah dipelajari sebelumnya
d. Tanya jawab menggunakan ungkapan-ungkapan
Kegiatan inti
f. Membaca percakapan transaksional dan interpersonal yang ada secara berpasangan
g. Mencari / menemukan ungkapan-ungkapan lain yang sejenis
h. Memperagakan dialog secara berpasangan didepan kelas
Kegiatan penutup
d. Membuat dialog secara berpasangan sesuai situasi yang diberikan, menggunakan ungkapan yang telah dipelajari.
e. Menanyakan kesulitan siswa
f. Menyimpulkan materi
g. Menugaskan siswa melanjutkan pekerjaan yang belum selesai dan menghafal percakapan yang telah dibuat dirumah
Pertemuan 4.
Kegiatan pendahuluan
a. Meriview ulang ungkapan ungkapan yang telah dipelajari
Kegiatan inti
a. Menampilkan percakapan yang telah dibuat didepan kelas secara berpasangan atau pun bekelompok

Kegiatan penutup
a. Memberi pendapat secara umum terhadap penampilan dan pendapat siswa
b. Memberi motivasi agar siswa dapat menggunakan ungkapan yang telah dipelajari dalm kehidupan sehari-hari.
Sumber belajar
a. Buku teks yang relevan :
Penilaian
a. Teknik penilaian : Tes lisan dan Unjuk kerja
b. Bentuk : Lisan


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Drs. Abdul Chamid, M.Pd Susiyana, S. Pd
NIP:19580702 198011 1003 NIP: 19720110 200604 2015






RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama sekolah : SMP Negeri 4 Palimanan kab Cirebon
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas / Semester : VIII / I
Standar Kompetensi : 1. Membaca
Memahami teks tulis fungsional pendek sederhana dan esey pendek sederhana berbentuk recount yang berkaitan dengan lingkungan sekitar
2. Menulis
Mengungkap makna dalam teks tulis fungsional dan esei pendek berbentuk recount untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
Kompetensi Dasar: 1 Merespon makna dalam teks tulis fungsional pendek dan sederhana secara akurat lancer, dan berterima yang berkaitan dengan lingkungan sekitar.
2 Mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam esei pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa bahasa tulis secara akurat lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar dalam teks recount
Indikator :
• Memahami isi teks tulis fungsional pendek yang disajikan
• Memahami bentuk teks recount
• Menuangkan ide ide ke dalam bentuk teks recount
• Menggunakan struktur bahasa yang tepat dalam penulisan

Jenis teks : Recount teks
Aspek skill : 5. Membaca
6. Menulis
Alokasi waktu : 6 x 40 menit
Tujuan pembelajaran :
Pada akhir pembelajaran siswa dapat:
a. Memahami isi teks tulis fungsional pendek yang disajikan
b. Memahami bentuk teks recount
c. Menuangkan ide kedalam bentuk teks recount
d. Menggunakan struktur bahasa yang tepat dalam penulisan
Materi pembelajaran :
a. Teks Recount : Tema : I Agree To Go There
b. Kosa kata terkait tema/jenis teks
Festival carrousel, allow, realize, approach, stranger, stall, remember, joker, foreigner frighten, memorize delighted. etc
c. Text structure:
1. Orientation
2. Series of events
3. Reorientation
d. Language usage:
Simple Past Tense
Metode / technique : Three-phase technique


Langkah-langkah kegiatan :
Pertemuan 1.
Kegiatan pendahuluan
a. Tanya jawab berbagai hal terkait dengan keadaan siswa
b. Membahas kata-kata sulit& ungkapan yang digunakan dalam text
Kegiatan inti
a. Siswa membaca nyaring teks dengan intonasi dan tekanan yang tepat.
b. Memahami isi teks secara seksama
c. Menjawab pertanyaan yang terdapat dibacaan
d. Menjodohkan kata dengan makna yang tepat
e. Membuat kalimat sederhana menggunakan kata yang tersedia
f. Menjawab pertanyaan tentang teks
Kegiatan Penutup
a. Menanyakan kesulitan siswa dalam memahami teks recount
b. Menyimpulkan materi
Pertemuan 2
Kegiatan pendahuluan
a. Mereview ulang kata yang telah dipelajari sebelumnya
b. Tanya jawab menggunakan kata-kata yang telah dipelajari
Kegiatan inti
a. Membaca dan memahami contoh-contoh kalimat dalam yang telah ada dlm teks
b. Mengidentifikasi kegunaan dari kalimat
c. Mengidentifikasi kalimat menggunakan pola Simple Past tense
Kegiatan penutup
a. Menanyakan kesulitan selama proses belajar mengajar


Pertemuan 3.
Kegiatan pendahuluan
a. Meriview ulang kata-kata dan pola kalimat yang telah dipelajari
b. Memahami gambar
c. Menjawab pertanyaan secara langsung /oral
Kegiatan inti
a. Membaca dan memahami teks recount
b. Menyalin ulang teks dengan penulisan, tanda baca yang benar.
Kegiatan penutup
a. Memberi pendapat secara umum terhadap hasil tulisan siswa
b. Memberi motivasi agar siswa dapat menggunakan kalimat-kalimat yang telah dipelajari dalm kehidupan sehari-hari.
Sumber belajar
a. Buku teks yang relevan
Penilaian
a. Teknik penilaian : Tes lisan dan tertulis
b. Bentuk : Lisan

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Drs. Abdul Chamid, M.Pd Susiyana, S. Pd
NIP:19580702 198011 1003 NIP: 19720110 200604 2015


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama sekolah : SMP Negeri 4 Palimanan kab Cirebon
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas / Semester : VIII / I
Standar Kompetensi : 1. Membaca
Memahami teks tulis fungsional pendek sederhana dan esei penek sederhana berbentuk descriptive dan recount yang berkaitan dengan linkungan sekitar
2. Menulis
Mengungkap makna dalam teks tulis fungsional dan esei pendek berbentuk descriptive dan recount untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
Kompetensi Dasar: 1 Merespon makna dalam teks tulis fungsional pendek dan sederhana secara akurat lancer, dan berterima yang berkaitan dengan lingkungan sekitar.
2. Merespon makna dan langkah retorika dalam esei pendek sederhana secara akurat, lancer dan berterima yang berkaitan dengan lingkungan sekitar dalam teks berbentuk descriptive
3. Mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam esei pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa bahasa tulis secara akurat lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar dalam teks descriptive

Indikator :
• Memahami isi teks tulis fungsional pendek yang disajikan
• Memahami bentuk teks descriptive
• Menuangkan ide ide ke dalam bentuk teks descriptive
• Menggunakan struktur bahasa yang tepat dalam penulisan
Jenis teks : Descriptive teks
Aspek skill : 5. Membaca
6. Menulis
Alokasi waktu : 8 x 40 menit
Tujuan pembelajaran :
Pada akhir pembelajaran siswa dapat:
a. Memahami isi teks tulis fungsional pendek yang disajikan
b. Memahami bentuk teks descriptive
c. Menuangkan ide kedalam bentuk teks descriptive
d. Menggunakan struktur bahasa yang tepat dalam penulisan
Materi pembelajaran :
a. Teks descriptive: tema: Plants and Animals
b. Kosa kata terkait tema/jenis teks
Science, scientist, soil, fertile, prevent waste, flood, destroy,punishment, against, law, wild animals, jungles, etc.
c. Text structure:
1. Identification
2. Description
d. Language usage:
Introductory There are /were – There is / was
Metode / technique : Three-phase technique
Langkah-langkah kegiatan :
Pertemuan 1.
Kegiatan pendahuluan
a. Tanya jawab berbagai hal terkait dengan keadaan siswa
b. Membahas kata-kata sulit& ungkapan yang digunakan dalam text
Kegiatan inti
a. Siswa membaca nyaring teks dengan intonasi dan tekanan yang tepat.
b. Memahami isi teks secara seksama
c. Menjawab pertanyaan yang terdapat dibacaan
d. Menjodohkan kata dengan makna yang tepat
e. Membuat kalimat sederhana menggunakan kata yang tersedia
f. Menjawab pertanyaan tentang teks
Kegiatan Penutup
a. Menanyakan kesulitan siswa dalam memahami teks descriptive
b. Menyimpulkan materi
Pertemuan 2
Kegiatan pendahuluan
a. Mereview ulang kata yang telah dipelajari sebelumnya
b. Tanya jawab menggunakan kata-kata yang telah dipelajari
Kegiatan inti
a. Membaca dan memahami contoh-contoh kalimat dalam yang telah ada dlm teks
b. Mengidentifikasi kegunaan dari kalimat
c. Mengidentifikasi kalimat menggunakan There are/ There is
d. Mengerjakan latihan yang ada dalam buku teks
Kegiatan penutup
a. Menanyakan kesulitan selama proses belajar mengajar
Pertemuan 3.
Kegiatan pendahuluan
a. Meriview ulang kata-kata dan pola kalimat yang telah dipelajari
b. Memahami gambar
c. Menjawab pertanyaan secara langsung /oral
Kegiatan inti
a. Membaca dan memahami teks descriptive
b. Menyalin ulang teks dengan penulisan, tanda baca yang benar.
c. Mencari memilih teks descriptive yang sejenis dari Koran/majalah diperpustakaan
Kegiatan penutup
a. Memberi pendapat secara umum terhadap hasil tulisan siswa
b. Memberi motivasi agar siswa dapat menggunakan kalimat-kalimat yang telah dipelajari dalm kehidupan sehari-hari.
Pertemuan 4
Kegiatan pendahuluan
a. Meriview ulang kata-kata dan pola kalimat yang telah dipelajari
b. Mengidentifikasi struktur teks descriptive yang akan ditulis
Kegiatan inti
d. Menjawab pertanyaan pemandu untuk membantu dlm menulis teks descriptive
a. Menemukan informasi tertentu dari jawaban pertanyaan
b. Menulis suatu teks descriptive secara berpasangan
c. Membacakan hasil tulisan didepan kelas
Kegiatan penutup
a. Memberi pendapat secara umum terhadap hasil tulisan siswa
b. Memberi motivasi agar siswa dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber belajar
a. Buku teks yang relevan
Penilaian
a. Teknik penilaian : Tes lisan dan tertulis
b. Bentuk : Lisan


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Drs. Abdul Chamid, M.Pd Susiyana, S. Pd
NIP:19580702 198011 1003 NIP: 19720110 200604 2015










RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama sekolah : SMP Negeri 4 Palimanan kab Cirebon
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas / Semester : VIII / I
Standar Kompetensi : 1. Medengar
Merespon makna dalam percakapan trnsaksional dan interpersonal sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
2. Berbicara
Mengungkapkan makna percakapan transaksional dan interpersonal lisan pendek sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
Kompetensi Dasar:1.2 Merespon makna yang terdapat dalam percakapan transaksional to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) sederhana secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar melibatkan tindak tutur : Mengundang, menerima dan menolak ajakan, memuji dan memberi selamat
2.2. Merespon makna yang terdapat dalam monolog pendek sederhana secara akurat lancer dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkunga linkungan sekitar dalam teks recount sederhana
3.2 Mengungkapkan makna yang terdapat dalam percakapan transaksional to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar melibatkan tindak tutur : Mengundang, menerima dan menolak ajakan, memuji dan memberi selamat.
Indikator : Merespon dan mengungkapkan Ungkapan-ungkapan :
• Mengundang, menerima dan menolak ajakan.
• Memuji
• Memberi selamat
Jenis teks : Transaksional dan Interpersonal
Aspek skill : 1. Mendengarkan
: 3. Berbicara
Alokasi waktu : 8 x 40 menit
Tujuan pembelajaran :
Pada akhir pembelajaran siswa dapat:
a. Merespon ungkapan mengundang, menerima dan menolak ajakan
b. Merespon ungkapan pujian
c. Merespon ungkapan selamat
Materi pembelajaran :
a. Materi percakapan transaksional dan intrpersonal lisan yang memuat ungkapan-ungkapan berikut :
1. A: Would you like to come to my house?
B: Yes, I would be very happy to…
Thank you, but I ……
2. A: You look so beautiful Nany, Happy birthday. I wish you all the best
B: Thank you, I’m glad you come
3. A: Hi Dimas. You look great today.
B : Oh thank you. I just want to look different
d. Kosa kata terkait teks : Tema : Plants and Animals
e. Language usage : Past Perfect Tense
Metode / technique : Three-phase technique
Langkah-langkah kegiatan :
Pertemuan 1.
Kegiatan pendahuluan
a. Tanya jawab berbagai hal terkait dengan keadaan siswa
b. Membahas kata-kata sulit& ungkapan yang digunakan dalam text
Kegiatan inti
a. Medengarkan teks percakapan dan atau siswa mendengar guru membaca teks percakapan transaksional dan interpersonal
b. Mendengar kembali text dibaca selagi melengkapi text transaksional dan interpersonal yang rumpang.
c. Meniru / mengulang text percakapan dengan intonasi dan pengucapan yang benar
d. Menjawab pertanyaan yang dibacakan oleh guru
e. Menentukan makna dan fungsi ungkapan yang didengar
f. Menjawab pertanyaan tentang isi percakapan
g. Memberi respon lisan dan tertulis terhadap ungkapan yang didengar.
Kegiatan Penutup
a. Menanyakan kesulitan siswa dalam memahami ungkapan-ungkapan dalam percakapan transaksionl dan interpersonal
b. Menyimpulkan materi
Pertemuan 2
Kegiatan pendahuluan
a. Mereview ulang ungkapan-ungkapan yang telah dipelajari sebelumnya
b. Tanya jawab menggunakan ungkapan-ungkapan

Kegiatan inti
a. Membaca percakapan transaksional dan interpersonal yang ada secara berpasangan
b. Mencari / menemukan ungkapan-ungkapan lain yang sejenis
c. Memperagakan dialog secara berpasangan didepan kelas
Kegiatan penutup
a. Membuat dialog secara berpasangan sesuai situasi yang diberikan, menggunakan ungkapan yang telah dipelajari.
b. Menanyakan kesulitan siswa
c. Menyimpulkan materi
d. Menugaskan siswa melanjutkan pekerjaan yang belum selesai dan menghafal percakapan yang telah dibuat dirumah
Pertemuan 3.
Kegiatan pendahuluan
a. Meriview ulang ungkapan ungkapan yang telah dipelajari
Kegiatan inti
a. Menampilkan percakapan yang telah dibuat didepan kelas secara berpasangan atau pun bekelompok
Kegiatan penutup
a. Memberi pendapat secara umum terhadap penampilan dan pendapat siswa
b. Memberi motivasi agar siswa dapat menggunakan ungkapan yang telah dipelajari dalm kehidupan sehari-hari.
Sumber belajar
a. Buku teks yang relevan


Penilaian
a. Teknik penilaian : Tes lisan dan Unjuk kerja
b. Bentuk : Lisan


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Drs. Abdul Chamid, M.Pd Susiyana, S. Pd
NIP:19580702 198011 1003 NIP: 19720110 200604 2015










RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama sekolah : SMP Negeri 4 Palimanan kab Cirebon
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas / Semester : VIII / I
Standar Kompetensi : 1. Membaca
Memahami teks tulis fungsional pendek sederhana dan esei penek sederhana berbentuk recount yang berkaitan dengan lingkungan sekitar
2. Menulis
Mengungkap makna dalam teks tulis fungsional dan esei pendek berbentuk recount untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
Kompetensi Dasar: 1 Merespon makna dalam teks tulis fungsional pendek dan sederhana secara akurat lancer, dan berterima yang berkaitan dengan lingkungan sekitar.
2.Merespon makna dan langkah retorika dalam esei pendek sederhana secara akurat, lancer dan berterima yang berkaitan dengan lingkungan sekitar dalam teks berbentuk recount
3 Mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam esei pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa bahasa tulis secara akurat lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar dalam teks descriptive


Indikator :
• Memahami isi teks tulis fungsional pendek yang disajikan
• Memahami bentuk teks recount
• Menuangkan ide ide ke dalam bentuk teks descriptive
• Menggunakan struktur bahasa yan tepat dalam penulisan
Jenis teks : Recount teks
Aspek skill : 5. Membaca
6. Menulis
Alokasi waktu : 8 x 40 menit
Tujuan pembelajaran :
Pada akhir pembelajaran siswa dapat:
a. Memahami isi teks tulis fungsional pendek yang disajikan
b. Memahami bentuk teks descriptive
c. Menuangkan ide kedalam bentuk teks descriptive
d. Menggunakan struktur bahasa yang tepat dalam penulisan
Materi pembelajaran :
a. Teks Recount : Tema : I Think Football Is Great
b. Kosa kata terkait tema/jenis teks
Tired, give up, hurdle, courtesy, linesman, corner, frightening, referee, whistle, overwhelming. etc
c. Text structure:
1. Orientation
2. Series of events
3. Reorientation
d. Language usage:
Reported speech
Metode / technique : Three-phase technique
Langkah-langkah kegiatan :
Pertemuan 1.
Kegiatan pendahuluan
a. Tanya jawab berbagai hal terkait dengan keadaan siswa
b. Membahas kata-kata sulit& ungkapan yang digunakan dalam text
Kegiatan inti
a. Siswa membaca nyaring teks dengan intonasi dan tekanan yang tepat.
b. Memahami isi teks secara seksama
c. Menjawab pertanyaan yang terdapat dibacaan
d. Menjodohkan kata dengan makna yang tepat
e. Membuat kalimat sederhana menggunakan kata yang tersedia
f. Menjawab pertanyaan tentang teks
Kegiatan Penutup
a. Menanyakan kesulitan siswa dalam memahami teks recount
b. Menyimpulkan materi
Pertemuan 2
Kegiatan pendahuluan
a. Mereview ulang kata yang telah dipelajari sebelumnya
b. Tanya jawab menggunakan kata-kata yang telah dipelajari
Kegiatan inti
a. Membaca dan memahami contoh-contoh kalimat dalam yang telah ada dlm teks
b. Mengidentifikasi kegunaan dari kalimat
c. Mengidentifikasi kalimat menggunakan pola Simple Past tense dan Reported speech.
d. Mengganti/Mengubah kalimat langsung jadi kalimat tidak lansung
Kegiatan penutup
a. Menanyakan kesulitan selama proses belajar mengajar
Pertemuan 3.
Kegiatan pendahuluan
a. Meriview ulang kata-kata dan pola kalimat yang telah dipelajari
b. Memahami gambar
c. Menjawab pertanyaan secara langsung /oral
Kegiatan inti
a. Membaca dan memahami teks recount
b. Menyalin ulang teks dengan penulisan, tanda baca yang benar.
c. Mencari memilih teks recount yang sejenis dari Koran/majalah diperpustakaan
Kegiatan penutup
a. Memberi pendapat secara umum terhadap hasil tulisan siswa
b. Memberi motivasi agar siswa dapat menggunakan kalimat-kalimat yang telah dipelajari dalm kehidupan sehari-hari.
Pertemuan 4
Kegiatan pendahuluan
a. Meriview ulang kata-kata dan pola kalimat yang telah dipelajari
b. Mengidentifikasi struktur teks recount yang akan ditulis
Kegiatan inti
a. Menjawab pertanyaan pemandu untuk membantu dlm menulis teks recount
b. Menemukan informasi tertentu dari jawaban pertanyaan
c. Menulis suatu teks recount secara berpasangan
Kegiatan penutup
a. Memberi pendapat secara umum terhadap hasil tulisan siswa
b. Memberi motivasi agar siswa dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber belajar
a. Buku teks yang relevan : Contextual English,Grafindo, halaman 23 – 30
b. Script teks descriptive yang terlampir.
c. Gambar-gambar yang relevan
Penilaian
a. Teknik penilaian : Tes lisan dan tertulis
b. Bentuk : Lisan
Standar Kompetensi : 1. Medengar
Merespon makna dalam percakapan trnsaksional dan interpersonal sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
2. Berbicara
Mengungkapkan makna percakapan transaksional dan interpersonal lisan pendek sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
Kompetensi Dasar: 1.2 Merespon makna yang terdapat dalam percakapan transaksional to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) sederhana secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar melibatkan tindak tutur : Mengakui, mengingkari fakta, meminta memberi pendapat
2.2. Merespon makna yang terdapat dalam monolog pendek sederhana secara akurat lancer dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkunga linkungan sekitar dalam teks recount sederhana
3.2 Mengungkapkan makna yang terdapat dalam percakapan transaksional to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar melibatkan tindak tutur : Meminta , memberi pendapat, mengakui dan mengingkari fakta.
Indikator : Merespon dan mengungkapkan Ungkapan-ungkapan :
• Mengakui dan mengingkari fakta.
• Meminta dan memberi pendapat
Jenis teks : Transaksional dan Interpersonal
Aspek skill : 1. Mendengarkan
: 3. Berbicara
Alokasi waktu : 8 x 40 menit
Tujuan pembelajaran :
Pada akhir pembelajaran siswa dapat:
a. Merespon ungkapan mengakui dan mengingkari fakta
b. Merespon ungkapan meminta dan memberi pendapat
Materi pembelajaran :
a. Materi percakapan transaksional dan intrpersonal lisan yang memuat ungkapan-ungkapan berikut :
1. A: What do you think about our president SBY?
B: I think……
2. A: What’s your opinion about our Physics assignment ?
B: In my opinion it’s much easier than the assignment we had yesterday
c. Kosa kata terkait teks : Tema : I Think Football Is Great
d. Language usage : Modals Auxilaries
Metode / technique : Three-phase technique
Langkah-langkah kegiatan :
Pertemuan 1.
Kegiatan pendahuluan
a. Tanya jawab berbagai hal terkait dengan keadaan siswa
b. Membahas kata-kata sulit& ungkapan yang digunakan dalam text
Kegiatan inti
a. Medengarkan teks percakapan dan atau siswa mendengar guru membaca teks percakapan transaksional dan interpersonal
b. Mendengar kembali text dibaca selagi melengkapi text transaksional dan interpersonal yang rumpang.
c. Meniru / mengulang text percakapan dengan intonasi dan pengucapan yang benar
d. Menjawab pertanyaan yang dibacakan oleh guru
e. Menentukan makna dan fungsi ungkapan yang didengar
f. Menjawab pertanyaan tentang isi percakapan
g. Memberi respon lisan dan tertulis terhadap ungkapan yang didengar.
Kegiatan Penutup
a. Menanyakan kesulitan siswa dalam memahami ungkapan-ungkapan dalam percakapan transaksionl dan interpersonal
b. Menyimpulkan materi
Pertemuan 2
Kegiatan pendahuluan
a. Mereview ulang ungkapan-ungkapan yang telah dipelajari sebelumnya
b. Tanya jawab menggunakan ungkapan-ungkapan
Kegiatan inti
a. Membaca percakapan transaksional dan interpersonal yang ada secara berpasangan
b. Mencari / menemukan ungkapan-ungkapan lain yang sejenis
c. Memperagakan dialog secara berpasangan didepan kelas
Kegiatan penutup
a. Membuat dialog secara berpasangan sesuai situasi yang diberikan, menggunakan ungkapan yang telah dipelajari.
b. Menanyakan kesulitan siswa
c. Menyimpulkan materi
d. Menugaskan siswa melanjutkan pekerjaan yang belum selesai dan menghafal percakapan yang telah dibuat dirumah
Pertemuan 3.
Kegiatan pendahuluan
a. Meriview ulang ungkapan ungkapan yang telah dipelajari
Kegiatan inti
a. Menampilkan percakapan yang telah dibuat didepan kelas secara berpasangan atau pun bekelompok

Kegiatan penutup
a. Memberi pendapat secara umum terhadap penampilan dan pendapat siswa
b. Memberi motivasi agar siswa dapat menggunakan ungkapan yang telah dipelajari dalm kehidupan sehari-hari.
Sumber belajar
a. Buku teks yang relevan : Contextual English,Grafindo, halam – 14 – 23
b. Script percakapan dan atau rekaman percakapan yang terlampir.
c. Gambar-gambar yang relevan
Penilaian
a. Teknik penilaian : Tes lisan dan Unjuk kerja
b. Bentuk : Lisan


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Drs. Abdul Chamid, M.Pd Susiyana, S. Pd
NIP:19580702 198011 1003 NIP: 19720110 200604 2015

Selasa, 20 Januari 2009

manajemen pendidikan

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga makalah ini dapat kami susun dan kami berhasil kami selesaikan. Makalah ini sengaja kami susun untuk diajukan memenuhi tugas individu mata kuliah “Manajemen Pendidikan”.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen yang telah membina studi “Manajemen Pendidikan”, pegawai perpustakaan, serta rekan-rekan yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Dengan penuh kesadaran diri dan dengan kerendahan hati, kami menyadari bahwa hanya Allah-lah yang memiliki kesempurnaan, sehingga tentu masih banyak lagi rahasia-Nya yang belum tergali dan belum kami ketahui. Untuk itu, kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran membangun dari pembaca, khususnya para mahasiswa.
Dengan kehadiran makalah ini, kami harapkan dapat bermanfaat dan memperluas wawasan dengan menelaah dan menggali rujukan-rujukan yang berkaitan dengan”Manajemen Pendidikan”.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Cirebon, Desember 2006

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Profesionalisasi tenaga kependidikan, termasuk tenaga keguruan, menjadi suatu keniscayaan, terutama tatkala pedidikan dan pembelajaran semakin diakui keberadaanya oleh masyarakat. Begitu pentingnya profesionalisasi itu, sehingga pada beberapa program di Lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) ditawarkan mata kuliah Profesi Kependidikan atau Profesi Keguruan sebagai salah satu mata kuliah yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa, mulai dari jenjang Diploma II hingga jenjang Srata I. Mahasiswa LPTK yang dimaksudkan adalah mereka yang kuliah di Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Sekalah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP), atau pun universitas-universitas yang berbasis IKIP.
Kebutuhan akan guru Profesional yang makin mendesak adalah sejalan dengan tuntutan akan kapasitas mereka untuk menjadi manajer kelas yang baik. Ini karena disamping melakukan tugas pendidikan dan pembelajaran, guru juga melaksanakan tugas manajemen atau administrasi kelas. Kemampuan guru dalam mengelola kelas ini menjadi keniscayaan, bahkan merupakan salah satu ukuran kemampuan profesional mereka.


B.Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud tenaga Profesional?
 Apa tujuan kehadiran tenaga Profesional?
 Kreteria-kreteria apa saja yang termasuk tenaga Profesional itu?
C. Identifikasi Masalah
Bila diperhatikan ciri-ciri profesi tampak bahwa profesi pendidik tidak mungkin dapat dikenakan dapat dikenakan kepada sembarang orang yang dipandang oleh masyarakat umum sebagai pendidik. Jadi ditijau dari segi rumusan profesi suda jelas dapat di bedahkan antara pendidik dalam keluarga dan di masyarakat dengan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yaitu guru dan dosen. Tetapi bila di tinjau dari cara kerja kedua kelompok ini belum menunjukan perbedaan yang jelas. Seharusnya bila konsep jelas mengaoa kekaburan bisa terjadi, sebab utamanya adalah karena pengertian mandidik itu belum jelas sehingga membuat praktik pendidikan tidak tepat.
Untuk memenuhi persyaratan profesi maka peran lembaga pendidikan guru perlu ditingkatkan pertama-tama perlu diperkenalkan pengertian pendidikan tersebut kepada calon guru dan calon dosen diberi kesempatan memikirkan dan merenungkan secara mendalam agar mereka benar-benar paham.



BAB II
KEHADIRAN TENAGA PROFESIONAL
A. Pengertian Profesi dan Profesionalisasi
Menurut Dictionery of Education
Profession is an accupation usually involving relatively long and specialized preparation on the level of higher education and governed by its own ethic; profesion is one who has acquired a learned skill and conforms to ethical standard of the profession in which he practice to skill (Good, 1973, 440)
Selanjutnya Mc Cully mengatakan; profession is a vocation in which professed knowledge of some departement of learning or science is used in its application to the affair of other or in the practice of an art foundod upon it (1969:130)
Sedangkan dalam kamus bahasa besar bahasa Indonesia istilah profesionalisasi ditemukan sebagai berikut;
Profesi yang dikutip oleh Prof.Dr. H. Syafrudin Nurdin, M. Pd. “Guru Profesional danImplementasi Kurikulum” 2002, Jakarta : Ciputat Pers hal 15
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan), kejuruan dan sebagainya) tertentu. Profesional adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Profesionalisasi adalah proses membuat suatu badan organisasi agar menjadi profesional (Moeliono, 1988:702).
Dalam kaitan ini seorang pekerja profesional dapat dibedahkan dari seorang tukang karena disamping sama-sama menguasai sejumlah tekhnik dan prosedur kerja tertentu, seorang pekerja profesional juga memiliki informed responsiveness “ketanggapan yang berlandaskan kearifan” terhadap implikasi kemasyarakatan atas objek kerjanya.
B.Jenis dan ciri-ciri profesi
Jenis-jenis Profesi secara garis besar dapat dibedahkan atas:
1.Profesi tertutup
Profesi tertutup (Protected profession) hanya dapat dimasuki oleh mereka yang telah menyelesaikan suatu program pendidikan formal yang bersifat spesialistik.
2.Profesi Terbuka
Profesi Terbuka (Open profession) dapat dimasuki oleh siapa saja yang dapat mendemonstrasikan secara menyakinkan kemampuan melaksanakan suatu kegiatan pada taraf yang tinngi.
Ciri-ciri keprofesian yang dikemukakan oleh D. Westby Gibson (1965) secara rinci adalah :
1. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikatagorikan sebagai profesi,
2. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah tekhnik dan prosedur yang unik,
3. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematik sebelum orang mampu melaksanakan suatu pekerjaan yang profesional,
4. Dimilikinya organisasi profesional yang disamping melindungi kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar juga berfungsi tidak saja menjaga akan tetapi sekaligus selalu berusaha meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, termasuk tindak-tindak etis profesional kepada anggotanya.
Menurut Muktar Lutfi yang dikutip oleh Syfrudin Nurdin “Guru Profesional&Implementasi Kurikulum”(2002)Jakarta :ciputat Press hal 16 ada delapan kriteria yang harus di penuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi, yaitu:
1.Panggilan hidup yang sepenuh waktu
Profesi adalah pekerjaan yang menjadi panggilan hidup seseorang yang dilakukan sepenuhnya serta berlangsung untuk jangka waktu yang lama, bahkan seumur hidup;
2.Pengetahuan dan kecakapan/keahlian.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan atas dasar pengetahuan dan kecakapan/keahlian yang khusus dipelajari;


3. Kebakuan yang universal
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan menurut teori prinsip, prosedur dan anggapan dasar yang sudah baku secara umum (universal) sehingga dapat dijadikan pegangan atau pedoman dalam pemberian pelayaan terhadap mereka yang membutuhkan;
4. Pengabdian
Profesi adalah pekerjaan terutama sebagai pengabdian pada masyarakat bukan untuk mencari keuntungan secara material/finansial bagi diri sendiri;

5. Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif.
Profesi adalah pekerjaan yang mengandung unsur-unsur kecakapan diagnostik dan kopentensi aplikatif terhadap orang atau lembaga yang dilayani;
6. Otonomi
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan secara otonomi atas dasar prinsip atau norma-norma yang ketetapannya hanya dapat diuji atau dinilai oleh rekan-rekanya seprofesi;
7. Kode etik.
Profesi adalah pekerjaan yang mempunyai kode etik yaitu norma-norma tertentu sebagai pegangan atau pedoman yang diakui serta dihargai oleh masyarakat
8. Klien
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan untuk melayani mereka yang membutuhkan pelayan (klien) yang pasti dan jelas subyeknya (dalam mimbar pendidikan IKIP Bandung, 9 september 1984;44)
Prof. Dr. Tjokorde Raka Joni P3G (Proyek pengembangan pendidikan guru) berhasil merumuskan tiga kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional, ketiga kemampuan tersebut terkenal dengan “Tiga kompetensi yaitu: kompetensi profesioanal, kompetensi personal, kompetensi sosial.Penjelasan untuk masing-masing sebagai berikut:
 Kompetensi profesianal, artinya bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoretik mampu memilih metode yang tepat serta mampu menggunakanya dalam proses belajar-mengajar.
 Kompetensi personal, artinya bahwa guru harus memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subjek. Ati lebih terperinci adalah bahwa ia memiliki kepribadian yang patut diteladani seperti yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantoro: “ Ing ngarso sung telodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”.
 Kompetensi sosial, Artinya bahwa guru harus memilik kemampuanberkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun baik sesama teman guru, dengan kepala sekolah, dengan stap tata usaha, dan tidak lupa juga dengan masyarakat dilingkungannya.
ISPI yang dikutip oleh Made Pidarta,”Landasan Kependidikan”,1997, Jakarta:Rineka Cipta hal 266 (1991) menyimpulkan ciri-ciri utam profesi adalah sebagai berikut : memiliki fungsi yang segnifikasi sosial, memiliki keahlian dan keterampilan timgkat tertentu, memperoleh keahlian dan keterampilan melalui metode ilmiah, memiliki batang tubuh disiplin Ilmu tertentu, studi dalam jangka waktu yang lama diperguruan tinggi, pendidikan ini juga merupakan wahana sosialisasi nilai-nilai profesional di kalangan mahasiswa yang mengikutinya, berpegang teguh kepada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi dengan sanksi-sanksi tertentu, bebas memutuskan sendiri dalam memecahkan masalah bertalian dengan pekerjaan, memberikan layanan sebaik-baiknyakepada klien dan otonom dari campur tangan pihak luar, dan mempunyai prestasi yang tinggi di masyarakat dan berhak mendapat imbalan yang layak.
Bila diperhatikan ciri-ciri profesi tersebut di atas tampak bahwa profesi pendidikan tidak mungkin dapat dikenakan kepada sembarang orang yang dipandang oleh masyarakat umumsebagai pendidik. Jadi ditijau dari segi rumusan profesi sudah jelas dapat dibedahkan antar pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yaitu guru dan dosen, Tetapi bila ditinjau dari cara kerja kedua kelompok ini belum menunjukan perbedaan yang jelas.
Adapun tugas utam profesi bertalian dengan pengembangan profesi pendidik adalah mengkoordinasi kesempatan yang ada untuk meningkatkan profesi, menilai tingkat profesionalisme pendidik, mengawasi pendidik sebagai seorang profesional, dan menjatuhkan sanksi terhadap merekayang melanggar kode etik profesi pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari profesionalisasi pendidik, sebab yang menjadi penyelenggara pendidikan adalah para pendidik juga. Maka suatu keharusan mutlak bagi para penyelenggara pendidikan untuk bertindak profesional dalam pendidikan malah mereka harus lebih profesional dari para pendidik. Hanya dengan cara demikian penyelenggara pendidikan yang melibatkan sejumlah pendidik yang profesional dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
C.Jabatan Profesional
Pengertian Jabatan profesional perlu dibedahkan dari jenis pekerjaan yang menuntut dapat dipenuhi lewat pembiasaan melakukan keterampilan tertentu (magang, keterlibatan langsung dalam situasi kerja di lingkungannya, dan keterampilan kerja sebagai warisan orangn tua atau pendahulunya). Seorang pekerja profesional perlu dibedahkan dari seorang teknisi, keduanya (pekerja profesional dan teknisi) dapat saja tampil dengan unjuk kerja yang sama (misalnya : menguasai teknik kerja yang sama, menguasai prosedur kerja yang sama, dapat memecahkan masalah teknis dalam bidang kerjanya), tetapi pekerja profesional dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilan yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan memiliki sikap yang positip dalam melaksanakan serta memperkembangkan mutu karyanya.
C.V. Good (ed) yang dikutip oleh Drs. A. Samana, M.Pd,”Profesionalisme Keguruan”,1994.Yogyakarta,Kanisius hal 27 menjelaskan bahwa jenis pekerjaan yang berkualifikasi profesional memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi calon pelakunya (membutuhkan pendidikan pra-jabatan yang relevan), kecakapan seorang pekerja profesional dituntut memenuhi prasyaratan yang telah dibakukan oleh pihak yang berwenang (misal: organisasi profesional, konsorsium, dan pemerintahan), dan jabatan profesional tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan atau negara (dengan segala civil effect-nya) (lihat: V.V Good (ed), 1973: 440).
Dari uraian diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa jabatan guru tergolong jabatan profesional karena memenuhi ketiga macam persyaratan di atas. Secara lebih rinci, ciri-ciri jabatan profesional tersebut (termasuk guru) adalah sebagai berikut.
 Bagi para pelakunya secara nyata (defacto) dituntut bercakapan kerja (berkeahlian) sesuai dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatan (cenderung ke spesialisasi).
 Kecakapan atau keahlian seorang pekerja profesional bukan sekedar hasil pembiasan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap, jadi jabatan profesional menuntut pendidikan pra-jabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif-efesien, dan tolok ukur evaluatifnya terstandar.
 Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu (bukan ikut-ikutan), bersikap positip terhadap jabatan dan perannya, dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya. Hal ini mendorong pekerja profesional yang bersangkutan untuk selalu meningkatkan (menyempurnakan)diri serta karyanya. Orang tersebut secara nyata mencintai profesi dan memiliki etos kerja yang tinggi.
 Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat dan atau negaranya, dalam hal ini pendapat serta tolok ukur yang dikembangkan oleh organisasi profesi sepantasnyalah dijadikan acuannya. Secara tegas, jabatan profesional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus dipenuhi oleh pelakunya, hal ini menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus merupakan tanggungjawab sosial pekerja profesional yang bersangkutan.Khususnya bagi jabatan guru, syarat yang harus dipenuhinya adalahketentuan kepegawaian pada umumnya, aturan persyaratan kepegawaian khusus untuk guru (PP No. 38, tahun 1992) aturan persyaratan pengembangan karir guru (Surat edaran bersama Mendikbud dan kepala BAKN, No.57686/MPK/1989 dan No.38/SE/1989)
D. pengembangan profesional Guru.
Pengembangan profesional guru yang dikutip Oleh Prof. Dr. Sudarwan Danim,“Inovasi Pendidikan”, 2002,Bandung, Pustaka Setia hal51 dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan yang sunggupun memiliki keragaman yang jelas, terdapat banyak kesamaan. Pertama, kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efesien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk penyusun kebutuhan sosial. Kedua, kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staf pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan potensi sosial dan potensi akademik generasi muda dalam interaksinya dengan alam lingkungan. Ketiga, kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong kehidupan pribadinya, seperti halnya dia membantu siswanya dalam mengembangkan keinginan dan keyakinan untuk memenuhi tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi dasarnya.
Kebutuhan pertama, terkaitlangsung dengan kepedulian kemasyarakatan guru tempat mereka berdomisili. Kebutuhan kedua, terkait dengan spirit danmoral guru di sekolah tempat mereka bekerja. Kebutuhan ketiga, dan mungkin yang paling penting adalah sebagai proses seleksi untuk menentukan mutu guru-guru yang akan disertakan dalam berbagai kegiatan pelatihan dan penjenjangan jabatan.
Perencanaan program-program pengembangan profesional guru melahirkan pertanyaan yang serius tentang kualitas hidup, tidak hanya dalam kehidupan sekolah, tetapi juga pada seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dikarenakan lembaga pendidikan adalah sebuah institusi sosial raksasa. Dalam terminologi ekonomi, sebagai gambaran anggaran pendidikan menyerap hampir 8 persen dari sumber-sumber pendapatan nasional di Amerika serikat setiap tahunnya.Lebih dari 2.250 juta orang menyandang posisi profesional di lembaga pendidikan publik, belum lagi mereka yang bekerja di lembaga pendidikan swasta.
Institusi raksasa ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pendidikan, minimal kepada anak-anak berusia sekitar 12-15 tahun, suatu usia kritis dari kehidupan manusia untuk bermasyarakat. Kualitas hidup anak-anak dan orang dewasa mendekati seperampat waktu dari jenjang kehidupan individual dipengaruhi langsung oleh kualitas sekolah kita. Lebih dari itu, segala hal yang terjadi pada para siswa pada kurun waktu tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas kemampuan untuk menikmati hidup ini kelak dikemudian hari.
Pengembangan profesional guru dapat didekati berdasarkan orientasi kemasyarakatan, sekolah, atau perseorangan. Apakah kita mendekati pengembangan profesional guru dari orientasi masyarakat, sekolah dan perseorangan, bukanlah hal yang patut dipersoalkan disini. Fokus aktivitas pengembangan profesional guru adalah kehidupan guru itu sendiri. Banyak di antara guru pemula yang merasa sedih karena mereka tidak dipersiapkan secara matang untuk melaksanakan tugas-tugas kompleks dan diperlukan di dalam kelas. Pendidikan prajabatan bagi guru-guru dinilai masih terlalu lemah sehingga guru-guru pemula harus banyak belajar di dalam pekerjaan, serta saling membantu satu sama lainnya dalam batas-batas yang mereka bisa berbuat.














BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan kealian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.Profesional adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankanya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya. Profesionalisasi adalah proses membuat suatu badan organisasi agar menjadi professional.
Kehadiran tenaga profesional sangat dibutuhkan untuk menjalankan tugas-tugas dalam pekerjaan supaya dalam menjalankanya dapat mengenai sasaran serta dapat meningkatkan cara kerja yang efektif-efesien sehingga pekerjaan itu dapat terselesaikan dengan baik dan benar tidak ada kesalahan karena sudah ditangani oleh yang ahlinya atau profesional.
Pengembangan profesional guru dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efesien dan manusiawi, kebutuhan untuk menemukan cara-cara membantu staf pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas.




DAFTAR PUSTAKA
Nurdin syafrudin, Usman Basyiruddin (2002),”Guru profesional dan Implementasi Kurikulum”, Jakarta:Ciputat Pers
Danim, Sudarwan (2002),”Inovasi Pendidikan”, Bandung:CV Pustaka Setia
Pidarta, Made ( 1997),”Landasan Kependidikan”, Jakarta:Rineka cipta
Samana (1994),”Profesionalisme Keguruan”, Yogyakarta:Kanisius
Arikunto, Suharsimi (1980),”Manajemen Pengajaran”, Yogyakarta : Rineka Cipta















DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................
A. Latar belakang ..........................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................
C. Identifikasi Masalah .................................................
BAB II KEHADIRAN TENAGA PROFESIONAL ..............
A. Pengertian profesi dan profesionalisasi ...................
B. Jenis dan ciri-ciri profesi .........................................
C. Jabatan profesional ..................................................
D. Pengembangan profesional .....................................
BAB III PENUTUP ...............................................................
Kesimpulan .............................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................

anatomi reproduksi wanita

Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul.
Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi
Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus - hipothalamus - hipofisis - adrenal - ovarium.
Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
GENITALIA EKSTERNA
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.
Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena.
Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital.
Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
GENITALIA INTERNA
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).
Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).
Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.
Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
CATATAN :
Letak / hubungan anatomik antara organ2 reproduksi (uterus, adneksa, dsb) dengan organ2 sekitarnya di dalam rongga panggul (rektum, vesika urinaria, uretra, ureter, peritoneum dsb), vaskularisasi dan persarafannya, silakan baca sendiri.
ORGAN REPRODUKSI / ORGAN SEKSUAL EKSTRAGONADAL
Payudara
Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin pascapersalinan.
Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai sexually responsive organ.
Kulit
Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dan responsif secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong dan lipat paha dalam.
Protein di kulit mengandung pheromone (sejenis metabolit steroid dari keratinosit epidermal kulit) yang berfungsi sebagai ‘parfum’ daya tarik seksual (androstenol dan androstenon dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar liur). Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat dan liur.
POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI
Badan pineal
Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan dari bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki hubungan dengan hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi serabut-serabut saraf.
Menurut kepercayaan kuno, dipercaya sebagai “tempat roh”.
Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi. Tampaknya melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga menghambat juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi pertumbuhan dan sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang menentukan pemicu / onset mulainya fase pubertas.
Hipotalamus
Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah talamus.
Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang berlanjut ke hipofisis sebgai hipofisis posterior (neurohipofisis).
Menghasilkan hormon-hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), TRH (Thyrotropin Releasing Hormone), CRH (Corticotropin Releasing Hormone) , GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone), PRF (Prolactin Releasing Factor). Menghasilkan juga hormon-hormon penghambat : PIF (Prolactin Inhibiting Factor).
Pituitari / hipofisis
Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid.
Menghasilkan hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi, yaitu perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH - Follicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (LH - luteinizing hormone).
Selain hormon-hormon gonadotropin, hipofisis menghasilkan juga hormon-hormon metabolisme, pertumbuhan, dan lain-lain. (detail2, cari / baca sendiri yaaa…)
Ovarium
Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan pengeluaran sel telur (ovum).
Selain itu juga berfungsi steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel) dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormon-hormon gonadotropin.
Endometrium
Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat implantasi hasil konsepsi.
Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada pembuahan / implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid.
Jika ada pembuahan / implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi.
Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium.
(gambar)
Histological appearance of endometrial tissues during the menstrual cycle.
A. Normal proliferative (postmenstrual) endometrium, showing small, tube-like pattern of glands.
B. Early secretory (postovulatory) endometrium, with prominent subnuclear vacuoles, alignment of nuclei, and active secretions by the endometrial glands.
C. Late secretory (premenstrual) endometrium, with predecidual stromal changes.
D. Menstrual endometrium, with disintegration of stroma / glands structures and stromal hemorrhage.
HORMON-HORMON REPRODUKSI
GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ).
FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita (pada pria : memicu pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.
LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron.
Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.
(Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di sel-sel Leydig testis).
Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.
Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta.
Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita.
Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.
Juga mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.
Progesteron
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik.
Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).
LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen).
Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi / pascapersalinan.
Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.
BIOTEK KEDOKTERAN
March 11, 2008
Categories: Health . . Author: mandacutie
Kemajuan bioteknologi di dunia sangat pesat sehingga dipercaya sebagai gelombang baru ekonomi dunia setelah teknologi informasi. Bioteknologi modern lahir tahun 1970 dan mengalami revolusi karena perubahan paradigma pemanfaatan materi hayati dari tingkat seluler ke tingkat molekuler. Perkembangan mulai dari rekayasa genetika, rekayasa protein sampai rekayasa jaringan semua didasari oleh teknologi yang berdasar pada pengetahuan biologi molekuler tadi. Indonesia memulai pengembangan bioteknologi tahun 1985 dan terus berkembang sampai sekarang dengan penguasaan utama bidang pertanian. Dengan semakin banyaknya sektor industri di Indonesia yang ikut masuk ke bioteknologi selain yang sudah ada yaitu pertanian dan ditambah sekarang dengan farmasi, kosmetika dan pangan, maka peluang bioteknologi di Indonesia semakin besar di masa datang. Penyediaan SDM bioteknologi Indonesia menjadi lebih penting dirasakan oleh karena itu.


1. Pendahuluan

Bioteknologi, sering didengar tapi mungkin jarang dirasakan manfaatnya di Indonesia. Bila pun pernah diketahui, produk bioteknologi modern seperti kapas transgenik tahan hama yang ditanam secara terbatas di Sulawesi Selatan beberapa tahun lalu, justru mendatangkan protes akan keselamatan lingkungannya oleh sebagian masyarakat. Sementara berita yang didengar di luar negeri, bioteknologi adalah teknologi masa depan [1]. Gelombang kedua ekonomi dunia setelah teknologi informasi. Bagaimana bisa?

2. Memahami Bioteknologi

Bioteknologi adalah ilmu tua yang menjadi muda berkat sebuah revolusi ilmu pengetahuan. Sudah sejak 8000 tahun yang lalu, bangsa Mesir kuno menggunakan sejenis mikroba yeast Saccharomyces atau ragi untuk pembuatan roti dan minuman anggur [2]. Ragi itu merubah gula dalam cairan anggur menjadi alkohol. Dalam adonan roti, gelembung gas yang dihasilkan dalam proses fermentasi, membuat roti jadi empuk sehingga enak dimakan. Penggunaan mikroba lainnya dikenal dalam pembuatan keju seperti jenis Roquefort, Gorgonzala, Brie dan yang mungkin lebih terkenal, jenis Camembert di pusat pembuatan keju dunia yaitu Swiss. Di sini mikroba mold Penicillum roqueforti atau kapang berperan merubah komposisi susu menjadi berbagai aroma dan warna. Lebih dekat kepada kita, nenek moyang bangsa Indonesia telah menggunakan kapang yang lain yaitu Rhizopus untuk membuat tempe dari kedelai. Semua ini adalah penggunaan mikroba atau mikroorganisme pada tingkat sel untuk tujuan pangan. Sehingga ilmu tua bioteknologi adalah penggunaan jasad renik atau makhluk hidup secara umum pada tingkat sel atau disebut seluler [3].

Bioteknologi modern lahir pada tahun 1970-an dengan munculnya teknologi DNA rekombinan. Istilah DNA rekombinan mungkin sudah pernah didengar tapi samar-samar maknanya. Ilmuwan dari Universitas Kalifornia di San Fransisco (UCSF) bernama Herbert Boyer berhasil mengembangkan teknologi canggih untuk dapat memotong rantai DNA lalu menyambungnya lagi. Tetapi karena materi DNA berukuran sangat kecil, hal ini tidak dapat dibuktikan dengan melihat langsung karena jumlahnya juga sangat sedikit. Masih dari daerah yang sama yaitu propinsi Kalifornia-AS, seorang ilmuwan lain dari Universitas Stanford bernama Stanley Cohen menemukan cara bagaimana memasukkan materi DNA berbentuk lingkaran atau plasmid ke dalam sel. Walau tinggal berjarak hanya 60 km saja, keduanya tidak pernah bisa bertemu sehingga dapat menyatukan teknologi yang dimilikinya itu. Sampai akhirnya pada tahun 1972, keduanya bertemu di sebuah pertemuan ilmiah, ribuan kilometer dari tempat mereka tinggal dan bekerja di Kalifornia, yaitu di Hawaii. DNA yang sudah disambung lagi dengan teknologi Boyer dapat diperbanyak dengan memasukkan ke dalam sel bakteri dengan teknologi Cohen. Karena bakteri berkembang biak sangat cepat, DNA yang telah dimasukkan pun jadi banyak dalam waktu singkat, sehingga dapat dicek keberadaannya dengan mudah [4]. Inilah inti dari teknologi DNA rekombinan.

Teknologi saja tidak bermakna ekonomi tanpa ada satu kegunaan. Biasanya bukan ilmuwan yang punya gagasan ekonomi tapi usahawan [5]. Untungnya seorang pebisnis yang juga tinggal di Kalifornia bernama Robert Swanson mendengar keberhasilan dua ilmuwan itu yang tidak pernah dipublikasikan di koran tapi hanya di jurnal ilmiah saja dan melihat peluang bisnis yang besar. Peluang bisnis apa sebenarnya yang ada? Insulin adalah hormon berbentuk protein yang sangat dibutuhkan manusia untuk mengatur kadar gula/glukosa dalam darah. Sistem pengaturan yang rusak, menyebabkan manusia menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM). Penderita DM harus secara rutin menyuntikkan insulin ke dalam tubuhnya karena sudah tidak bisa memproduksi sendiri. Dari mana datangnya insulin itu? Dari pankreas sapi. Untuk itu perusahaan farmasi dunia selama ini harus mengumpulkan ribuan sapi hanya untuk mendapatkan sekian mg insulin bagi penderita DM. Karena insulin adalah protein dan protein dibuat dengan informasi dari DNA, maka pengusaha Swanson melihat kemungkinan membuat insulin rekombinan dengan bakteri yang telah direkayasa genetika menggunakan teknologi temuan Cohen dan Boyer itu. Maka lahirlah pada tahun 1976, masih juga di Kalifornia, perusahaan bioteknologi modern pertama di dunia yaitu Genentech (singkatan dari Genetich Engineering Technology) yang memproduksi protein-protein rekombinan seperti insulin, hormon pertumbuhan, dll [6].

DNA dan protein yang kita dengar di atas adalah dua dari empat molekul biologi penyusun sel. Dua lainnya adalah karbohidrat dengan contoh yang sudah disebutkan adalah glukosa, selain itu juga sukrosa yang menjadi komponen utama gula manis dan satu lagi adalah lipid atau minyak. Pengunaan molekul-molekul biologi itu, bahkan sampai kepada kemampuan memanipulasi atau merekayasa adalah revolusi teknologi yang menyebabkan lahirnya bioteknologi modern. Jadi ada perubahaan dalam bioteknologi tua menjadi bioteknologi modern yaitu perubahan penggunaan materi hayati dari tingkat sel atau seluler ke tingkat molekul atau molekuler.

Teknologi DNA rekombinan bukanlah satu-satunya tetapi memang adalah tonggak utama dari lahirnya bioteknologi modern. Beberapa tonggak penting lainnya dimulai dari penemuan fenomena pewarisan sifat oleh Gregor Mendel (tahun 1866), keyakinan bahwa materi genetik adalah DNA oleh Oswald Avery (1944), dugaan struktur double helix DNA oleh Watson dan Crick (1953), penemuan mRNA oleh Monod dan Jacob (1961), pengungkapan kode genetik oleh Khorana dan Nirernberg (1966), inovasi teknologi hibridoma oleh Milstein dan Kohler (1974), pengembangan teknologi pembacaan sekuen DNA oleh Maxam dan Gilbert (1977) sampai penemuan teknologi penggandaan DNA, PCR oleh Karry Mullis (1983). Semua ini biasanya tercakup dalam kuliah biologi molekuler yang memang menjadi fondasi dari bioteknologi modern [7].

3. Perkembangan Bioteknologi

Perkembangan bioteknologi setelah lebih dari 30 tahun diawali dengan teknologi rekayasa genetika ini menjadi semakin cepat. Dalam dogma sentral atau pemahaman dasar ilmu biologi diketahui bahwa cetak biru kehidupan DNA menyimpan informasi yang pemanfaatannya dilakukan melalui perubahan informasi itu ke materi baru yaitu RNA. Proses ini disebut transformasi. Selanjutnya RNA juga dirubah informasinya ke dalam materi akhir yaitu protein dalam proses translasi. Dari alur informasi dalam dogma sentral itu bisa dipahami bahwa rekayasa DNA/genetika membawa implikasi pada perubahan RNA sebagai materi pertengahan maupun kepada protein sebagai produk akhir. Hanya sepuluh tahun dari lahirnya rekayasa genetika/teknologi DNA rekombinan, lahirlah teknologi baru dalam kancah bioteknologi yaitu rekayasa protein [8]. Rekayasa protein saat ini menjadi andalah bioteknologi modern karena produk-produk bioteknologi yang beredar luas di masyarakat umumnya berbentuk protein seperti obat-obat dari jenis hormon, antibodi sampai alat-alat diagnosa penyakit untuk aplikasi kedokteran/kesehatan maupun untuk aplikasi pangan seperti protein BMP/bone morphological protein dalam susu bubuk bahkan ke kosmetika seperti collagen dalam shampoo dan protease dalam pasta gigi.

Penemuan bahwa RNA juga dapat memiliki aktivitas enzimatik seperti enzim yaitu ribozyme melahirkan teknologi baru dalam bioteknologi yaitu rekayasa RNA. Walaupun belum semaju teknologi rekayasa genetika dan rekayasa protein karena materi RNA umumnya mudah hancur dan berumur pendek, perkembangan teknologi rekayasa RNA semakin jadi perhatian. Misalnya penggunaan teknologi RNA interference untuk mematikan fungsi gen tertentu terbukti lebih efektif daripada pematian gen pada tingkat DNA menggunakan teknologi knock-out gen misalnya.

Yang lebih menghebohkan sekarang adalah lahirnya teknologi kloning. Teknologi kloning dapat dibagi menjadi dua yaitu teknologi kloning terapi dan teknologi kloning reproduksi [9]. Teknologi kloning terapi yang legal dan didukung semua negara karena manfaatnya untuk membuat jaringan dan organ sebagai ganti dalam pencangkokan jaringan atau organ yang rusak. Sementara teknologi kloning reproduksi ditentang dunia termasuk PBB karena bertujuan membuat individu baru serupa yang berakibat sosial luas. Teknologi kloning terapi semakin menjadi kenyataan setelah ilmuwan Korea Selatan baru-baru ini berhasil membuat sel syaraf, sel pembuluh darah dan sel kulit yang dapat menggantikan sel-sel rusak seperti pada penderita Parkinson contohnya Muhammad Ali petinju dan Michael J. Fox artis film Back to the Future yang sel syaraf otaknya mati sehingga menjadi pikun dan tidak dapat beraktifitas normal [10]. Untuk kedepannya, sel-sel itu perlu dibentuk menjadi jaringan atau kumpulan sel dengan fungsi sama seperti jaringan kulit, jaringan tulang rawan dll. Cangkok jaringan ini yang sebenarnya lebih banyak diperlukan karena umumnya bagian tubuh yang berada di luar, lebih peka terhadap penolakan dalam pencangkokan. Misalnya penderita luka bakar hanya dapat menerima kulit dari tubuhnya sendiri tidak dapat dari donor lain. Rekayasa jaringan adalah teknologi dalam bioteknologi yang dimulai tahun 1987 oleh ilmuwan MIT yaitu Langer dan Vacanti untuk membuat jaringan-jaringan baru dengan tujuan transplantasi/pencangkokan [6]. Menggunakan polimer biodegradable dalam media pembiakkan khusus, dibuat cetakan yang mirip dengan jaringan baru yang akan dibentuk. Selanjutnya ditanamkan ke dalam cetakan itu sel-sel yang menjadi tunas lalu dibiakkan sampai menjadi jaringan yang sempurna. Menggunakan teknologi rekayasa jaringan, jaringan manusia yang paling rumit yaitu jaringan tulang rawan pembentuk telinga telah berhasil dibuat dan ditanamkan di atas punggung tikus telanjang/nude mouse yang telah dimatikan sistem kekebalannya. Telinga tersebut sama sekali tidak ditolak oleh tubuh tikus dan menempel dengan sempurna. Inilah kemenangan teknologi jaringan yang banyak dinanti pasien transplantasi, bukan untuk menyakiti hewan.

4. Perkembangan Bioteknologi sebagai Ilmu di Indonesia

Kurang lebih 15 tahun yaitu tahun 1985, pemerintah Indonesia telah menjadikan bioteknologi sebagai prioritas pengembangan iptek yang dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (RISTEK) [11]. Selanjutnya sejak tahun 1988, bioteknologi sudah masuk dalam REPELITA juga sebagai prioritas pembangunan khususnya bidang iptek. Perkembangan terbaru dari sisi kebijakan/aturan pemerintah yaitu pada tahun 2000 lalu, bioteknologi juga muncul sebagai bidang prioritas dalam Jakstra Ipteknas yang dilanjutkan dengan Renstra Ipteknas.

Dalam implementasi/penerapan dari kebijakan itu, pada tahun 1990 mulai dipikirkan pembentukan SDM bioteknologi yaitu dengan pembentukan PAU atau Pusat Antar Universitas bidang bioteknologi di UGM bidang bioteknologi kedokteran, ITB bidang bioteknologi industri dan IPB bidang bioteknologi pertanian. Kerjasama antar lembaga pendidikan dan penelitian pemerintah juga mulai digesa dengan penunjukan pusat pengembangan atau center of excellence dengan tiga bidang utama yaitu bioteknologi pertanian dengan anggota PAU Bioteknologi IPB, Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, bioteknologi kedokteran dengan anggota UI/Lembaga Biologi Molekul Eijkman dengan PAU Bioteknologi UGM dan bioteknologi industri dengan anggota PAU Bioteknologi ITB dan BPPT. PAU-PAU di universitas juga ditugaskan untuk mencetak SDM bioteknologi dengan pembentukan program studi pasca sarjana S-2 dan S-3 bioteknologi. Riset tanpa dana, menjadi tak bermakna. Maka sejak tahun 1992 dana riset kompetitif terbesar di Indonesia yaitu RUT/Riset Unggulan Terpadu yang dikoordinasi oleh RISTEK dan diemban pelaksanaan administrasinya oleh LIPI, memasukkan bioteknologi sebagai salah satu program tersendiri yang dibiayai. Selain RUT ada pula skema dana kompetitif serupa yaitu RUTI/untuk tingkat internasional dan RUK/kemitraaan untuk kerjasama lembaga riset dengan swasta. Usaha-usaha antara pemerintah menggandeng swasta ini membuahkan hasil antara lain berdirinya Konsorsium Bioteknologi Indonesia/KBI dengan anggota lembaga pemerintah, penelitian, pendidikan dan swasta industri farmasi dan pangan khususnya. Selain beberapa lembaga yang telah disebut di atas, lembaga pemerintah yang aktif mengembangkan bioteknologi lainnya adalah departemen teknis yaitu Departemen Pertanian lewat Badan Penelitian dan Pengembangannya seperti Badan Litbang Bioteknologi Pertanian dan Sumber Daya Genetik Pertanian (Balitbiogen) yang berkantor di Bogor.

Himpunan bioteknologi juga mulai bermunculan baik yang formal atau non-formal misalnya Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia, Jaringan Peneliti Bioteknologi Indonesia, dsb. Tak kurang pula jurnal-jurnal baik yang spesifik maupun yang lebih luas seperti Indonesian Journal of Biotechnology yang berkantor di PAU Bioteknologi-UGM, sekarang berganti nama menjadi Pusat Studi Bioteknologi-UGM, dsb.
Upaya terakhir pemerintah untuk mendorong kemajuan bioteknologi Indonesia adalah rencana pembentukan lokasi khusus di pulau Rempang, berdekatang dengan pulau Batam, sebagai wilayah khusus pengembangan dan komersialiasasi bioteknologi farmasi dan pertanian [12,13]. Usaha ini dikenal dengan istilah bio-island.

5. Perkembangan Bioteknologi Industri/Bioindustri di Indonesia

Apabila perkembangan bioteknologi secara keilmuwan di Indonesia kuat khususnya di bidang pertanian, perkembangan industri/bioindustri Indonesia justru sebaliknya. Seperti contoh di pendahuluan, bioteknologi pertanian dengan pemanfaatan tanaman transgenik oleh perusahaan seperti Monsanto/Monagro Kimia, banyak mendapat tantangan. Sehingga pemanfaatan bioteknologi pertanian kita masih bersandar pada bioteknologi tingkat tua yaitu pemanfaatan pada tingkat seluler bukan molekuler. Contohnya adalah industri kultur jaringan yang berkembang baik dalam industri kehutanan dengan kebutuhan penyediaan bibit tanaman untuk reboisasi maupun untuk estetika seperti bunga-buga untuk pajangan seperti anggrek, dsb. Kultur jaringan adalah pembuatan bibit dan perbanyakannya menggunakan permainan komposisi media. Yang digunakan bisa segala sumber organ tumbuhan mulai dari biji, daun, tunas, dsb jadi lebih luas dari teknologi pembibitan konvensial dengan stek. Yang dimanipulasi adalah sel penyusun organ itu untuk berubah menjadi tanaman sempurna melalui hormon-hormon dalam media yang digunakan. Jadi ini adalah bioteknologi tingkat tua, bukan bioteknologi modern.

Bioteknologi pangan, cukup berkembang dengan baik walau belum tereksploitasi secara optimal. Misalnya komposisi kecap yang membedakan rasa, warna dan bau/flavor sangat dipengaruhi oleh jenis kedelai sebagai bahan baku dan juga mikroba yang digunakan. Sementara ini semua masih dilakukan secara tradisional walau secara penelitian sudah ada yang mulai mengarah pada pemanfaatan flavor-nya. Demikian pula berbagai buah dan produk pertanian untuk pangan baik sebagai perasa seperti vanili maupun pewarna dan bau yang banyak dieksploitasi oleh industri flavor Eropa dan Amerika di Indonesia, juga makin merasakan pentingnya bioteknologi modern. Selain flavor, kebutuhan yang besar adalah enzim dan protein yang banyak digunakan dalam proses pembuatan produk pangan seperti enzim protease, enzim lipase, dsb. Tak terkecuali dengan pemanfaatan baru di kosmetik dan kebersihan seperti munculnya pasta gigi yang mengurangi detergen dengan mengganti protease, shampoo dengan komposisi protein collagen, dll.

Sektor industri yang semakin besar cakupan penggunaan bioteknologinya di Indonesia adalah industri farmasi. Mungkin hal ini tidak terlalu didengar karena sebagian besar komponen industri farmasi masih impor dan produk-produk obat untuk bioteknologi masih dinikmati oleh kalangan berpunya di kota besar saja. Obat-obat untuk pengobatan dan pendukung terapi kanker misalnya, seperti hormon eritropoietin, hormon growth colony, stimulting factor, antibodi spesifik, dsb adalah contoh-contoh obat yang sekali suntik sekian juta rupiah harganya. Kalau obat resep seperti disebutkan, tidak pernah diiklankan di media massa, tapi alat kedokteran untuk diagnosa bisa diamati. Misalnya alat diagnosa penyakit DM yang harus mengukur kadar gula darahnya secara teratur menggunakan alat pengukur gula darah, sudah mulai diiklankan di media massa cetak nasional sejak beberapa tahun terakhir [14]. Komponen utama dalam perangkat elektronik ini adalah enzim yang mengubah molekul glukosa menjadi sinyal elektronik.

Perusahaan farmasi nasional baik yang BUMN seperti PT Kimia Farma, Tbk dan PT Kalbe Farma juga mulai melirik kebutuhan produk obat bioteknologi. PT Kimia Farma menggandeng LIPI dan lembaga riset Jerman, Fraunhofer untuk mengembangkan teknologi produksi obat-obat berbasis protein yang labih murah dengan teknologi molecular farming [15]. PT Kalbe Farma menggandeng lembaga riset Kuba dan Eropa dengan membentuk anak perusahaan bernama Innogen yang berkantor di Singapura.

6. Prospek dan Tantangan

Dengan uraian di atas, prospek perkembangan bioteknologi di Indonesia terlihat semakin jelas. Pertama, untuk pendidikan S-1, bioteknologi tidak harus berarti memiliki pengalaman eksperimen rekayasa genetika. Karena fondasi bioteknologi adalah pemanfaatan molekul biologi baik DNA, protein, dst. Maka pengalaman eksperimen biokimia mulai dari isolasi protein/enzim dan karakterisasinya juga penting. Termasuk juga tingkatan bioteknologi tua seperti pemanfaatan sel untuk bioreaktor, kultur jaringan dsb juga penting. Pengalaman di tingkat S-1 bisa ditingkatkan dengan ke tingkat S-2 dan S-3 untuk penguasaan materi bioteknologi yang lebih dalam dan luas. Penelitian bioteknologi bisa dilakukan pada umumnya di lembaga penelitian Indonesia sendiri yang sudah mengarah ke bioteknologi modern seperti LIPI, Eijkman, Balitbiogen, dan sebagainya.

Dengan mulai masuknya industri farmasi ke ranah bioteknologi, maka peluang memasuki lapangan kerja dengan keahlian bioteknologi semakin besar selain yang sudah ada selama ini untuk industri pangan dan pertanian. Termasuk yang baru adalah industri kosmetika yang juga maju pesat. Lembaga pemerintah terkait produk obat dan pangan yaitu Badan POM dalam penerimaan pegawai tahun 2005 juga mulai mencari alumni bioteknologi yang menunjukkan semakin banyaknya produk obat, termasuk vaksin dan pangan yang berbasis bioteknologi.

Tantangan terbesar adalah penyediaan SDM terampil dan berwawasan bioteknologi luas. Umumnya bioteknologi di Indonesia berlandaskan bidang keilmuwan pertanian atau ilmu alam baik biologi atau kimia. Sedikit seperti di UI ada yang berbasis kedokteran. Di luar negeri, negara maju seperti Jepang, bioteknologi bisa saja berbasis keteknikan. Bahkan negara berkembang sekalipun seperti Malaysia, beberapa universitasnya juga memiliki departemen bioteknologi berbasis pertanian dan teknik sekaligus. Semakin besarnya kebutuhan di Indonesia belum diikuti dengan penyediaan SDM bioteknologi yang mumpuni tersebut. Saat ini tidak dipungkiri, para ilmuwan peneliti dan doktor bioteknologi Indonesia masih sebagian besar almuni LN. Jadi merupakan tantangan besar melahirkan SDM produk DN yang lebih tahu kondisi dan permasalah lokal

Daftar Pustaka
1. Arief B. Witarto. 2005. Bioteknologi, sebuah gelombang ekonomi baru. Harian Bisnis Indonesia, 14 Juni 2005.
2. Informasi dari Microsoft Encarta versi 2004
3. Arief B. Witarto. 2005. Pengantar bioteknologi. Ceramah undangan di Fakultas Peternakan-UGM, Yogyakarta, 5 Februari 2005.
4. Arief B. Witarto. 2004. Bioteknologi siapa takut? Ceramah undangan di SMA Negeri 1 Depok, Depok, 20 Februari 2004.
5. Arief B. Witarto. 2004. Mengenal lebih jauh bioteknologi. Ceramah undangan di Pelatihan Bioteknologi untuk Profesi Kedokteran di RS Kanker Dharmais, Jakarta, 27 September 2004.
6. Arief B. Witarto. 2003. Bioteknologi kedokteran: Dari rekayasa genetika sampai rekayasa jaringan. Ceramah undangan di Seminar Kesehatan dan Kloning di Fakultas Kesehatan Masyarakat-UI, Depok, 14 Juni 2003.
7. Arief B. Witarto. 2004. Rekayasa genetika. Materi kuliah pasca sarjana S-2 Kimia peminatan bioteknologi di Jurusan Kimia, FMIPA-UI, Depok, semester ganjil 2004
8. Arief B. Witarto. 2003. Bermain dengan protein. Harian Kompas, 21 November 2003.
9. Arief B. Witarto. 2002. Kloning anak manusia dan bisnis. Harian Kompas, 21 April 2002.
10. Arief B. Witarto. 2005. Kloning terapi makin jadi kenyataan. Harian Kompas, 17 Juni 2005.
11. Arief B. Witarto. 2001. Current state of Indonesian biotechnology and its prospect in global market era. Ceramah undangan di 5th Symposium on Agricultural and Biochemical Engineering, University of Tokyo, Tokyo-Jepang, 11 Maret 2001.
12. Arief B. Witarto. 2003. Bio-island: Mengembangkan bioteknologi kenapa harus mengucilkan diri? Harian Suara Pembaruan, 31 Oktober 2003.
13. Arief B. Witarto. 2004. Menghidupkan bio-island. Portal Berita Iptek, 6 Desember 2004.
14. Arief B. Witarto. 2003. Membedah alat pengukur gula darah. Harian Kompas, 7 Oktober 2003.
15. Arief B. Witarto. 2003. Bertani protein. Harian Kompas, 14 April 2003.

Mengenai penulis : DR. Arief Budi Witarto, M.Eng. menyelesaikan S-1, S-2 dan S-3 dari Departemen Bioteknologi, Fakultas Teknik, Tokyo University of Agriculture and Technology, Tokyo-Jepang. Dengan pencapaiannya yang signifikan telah menerima banyak penghargaan tingkat nasional a.l. Paramadina Award 2005 bidang iptek dari Univ. Paramadina, Jakarta, PII Engineering Award 2005 untuk Adhicipta Rekayasa dari Persatuan Insinyur Indonesia/PII, Science and Technology Award 2003 dan Yayasan Sains Toray Indonesia dan Peneliti Muda Indonesia Terbaik 2002 bidang Ilmu Pengetahuan Teknik dan Rekayasa dari LIPI.

UNIVERSITAS ANDALAS

SIKLUS HIDUP OVARIUM


Oleh :
WINDA
PESERTA PPDS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


Pembimbing :
Dr. Putri Sri Lasmini, SpOG.K
Prof. Dr. H. K. Suheimi, SpOG.K


BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FK UNAND – RS DR. M. JAMIL PADANG
2006

SIKLUS HIDUP OVARIUM

FOLIKEL DAN YANG MELIPUTINYA
1. OOSIT
Oosit yang tumbuh menunjukkan jumlah gen untuk keberhasilan fertilisasi dan perkembangan preimplantasi. Terdapat zona pellusida yang melindungi perkembangan sel benih didalam folikel. Juga sebagai lapisan inisial untuk kontak dengan sperma, diikuti dengan fertilisasi dan sebagai barrier terhadap polisperma. Tiga gen: ZPA, ZPB, ZPC (sulfat glikoprotein). ZPA aktivitas reseptor sperma. Pertahanan folikel tergantung dari keberadaan beberapa sel benih dan kemampuan oosit meninggalkan antrum dan diikuti masa luteinisasi dari sel granulosa.

2. SEL GRANULOSA
Berasal dari permukaan ovarium epitel mesotelium. Tidak mempunyai sistem perdarahan langsung namun berhubungan dengan oosit. Aktivitas steroidogenik preovulasi sel granulosa ditandai dengan memproduksi hormon steroid, estradiol. Sintesisnya membutuhkan kolaborasi sel teka sebagai prekursor reaksi aromatisasi. Proses ini dikendalikan oleh LH (di teka) dan FSH ( kompartemen granulosa).
Sel granulosa menunjukkan fenotip yang berbeda-beda tergantung lokasinya. Sel granulosa mural (dalam folikel antral mempunyai aktivitas steroid terbanyak dengan kadar 3ß-hidroksisteroid dehidrogenase dan aromatase yang paling tinggi, juga mempunyai reseptor LH tertinggi. Sel granulosa antral, aktivitas steroidnya rendah. Sel granulosa tengah aktivitas miosisnya tertinggi.
Sel kumulus yang dilepaskan bersama oosit saat ovulasi tidak mempunyai aktivitas aromatase dan kadar reseptor LH yang rendah. Sel ini menghasilkan hialuronan, proteoglikan dan proteoglikan binding globulin yang distimulasi oleh prostaglandin sebagai respon stimulus ovarium. Hal ini mengarah ke ekspansi preovulasi komplek kumulus-oosit.

3. SEL TEKA
Sel interstitial dari teka sebagai sel yang utama memproduksi androgen. Dan perkembangan lapisan ini dipengaruhi juga oleh sel granulosa.

4. STROMA OVARIUM
Mengadung sel fibroblastik dan tidak ada aktivitas steroidogenik yang nyata. Sel ini mempunyai reseptor androgen dan berproliferasi dibawah pengaruhnya, seperti halnya pada peningkatan densitas stroma pada keadaan hiperandrogen (PCOS dan tumor ovarium yang memproduksi androgen).

5. EPITEL PERMUKAAN OVARIUM
Terdiri dari epitel kuboid dari derivat sel mesodermal /mesotelium ovarium. Berfungsi sebagai transport material dari dan ke kavum peritoneum dan perbaikan setelah ovulasi. Selama proses ovulasi sel epitel berdiri diatas folikel yang akan mengadakan apoptosis dan diikuti proses perbaikkannya. Invaginasi permukaan epitel ke dalam ovarium menghasilkan bentuk kista inklusi. Keadaan ini dapat mengarah ke metaplasia dan neoplasia

6. PERSARAFAN OVARIUM
Dari ekstrinsik (simpatik dan serat sensoris dan sebagian kecil komponen parasimpatis, memasuki ovarium melalui hilus pleksus perivaskular, sebagai regulasi aliran darah ) dan intrinsik (afinitas reseptor neurotropin rendah.



SIKLUS HIDUP OVARIUM
INISIASI PERTUMBUHAN FOLIKULAR
Ditandai dengan perubahan morfologi, termasuk perubahan bentuk sel granulosa dari rata menjadi kuboid, proliferasi sel granulosa (perubahan Ø oosit hingga masuk tahap 2 dengan Ø 80μm), pembesaran osit dan pembentukkan zona pellusida. Awal teka interna terjadi diakhir tahap folikel primer. Teka eksterna terbentuk dan mengekspansi serta menekan stroma disekelilingnya. Migrasi sel-preteka ke lapisan luar folikel tidak diketahui mekanismenya.
Folikel sekunder telah terbentuk, sel granulosa membentuk FSH, estrogen dan reseptor androgen. Pembentukkan lapisan teka berhubungan dengan perkembangan suplai darah dari arteriol pada membrana basalis. Sel interstitial teka memiliki reseptor LH dan kapasitas untuk mensintesis hormon steroid. Sebagai folikel preantral memiliki kemampuan pengambilan FSH secara dependen.


PERKEMBANGAN OOSIT
Sentriol pada oogonia hilang selama fase pertumbuhan oosit. Selama fase pertumbuhan, oosit menjadi kompeten untuk maturasi meiosis, dan memberikan kontribusi peningkatan kadar siklus sel protein. Keberhasilan meiosis tergantung keberhasilan folikulogenesis dan pertumbuhan oosit. Pada saat perkembangan kompeten meiosis, oosit dalam fase perkembangan mulai mempunyai kemampuan untuk menyokong perkembangan embrio preimplantasi hingga aterm/developmental competence. Dimana terdapat kemampuan sitoplasma oosit me-remodel DNA sperma dan memperkaya kemampuan osilasi kalsium.

FAKTOR INISIASI PERTUMBUHAN FOLIKULAR
Faktor intraovarian memegang peranan penting dalam regulasi fase awal pertumbuhan folikular. Diantaranya protein sel somatik, termasuk aktivin A, yang menghambat pertumbuhan folikular, dan FGF (Fibroblast Growth Factor) dan kit ligand. Kid ligand sebagai stimulator diproduksi oleh sel granulosa dan bertindak sebagai kit, dengan reseptor pada oosit dan sel teka, diperlukan untuk inisiasi pertumbuhan folikular dan pertumbuhan oosit. Oosit terus tumbuh menjadi oosit besar dan berdegenerasi dan dikelilingi oleh single layer sel granulosa.

BENTUK FOLIKEL ANTRAL
Antrum dan cairannya memfasilitasi proses pelepasan kompleks kumulus oosit pada saat ovulasi dan pertukaran nutrisi dan pembuangan produk limbah ke kompartemen avaskular. Antrum juga memberikan lingkungan untuk pertumbuhan sempurna dan maturasi dari kumulus-oosit. Perkembangan antrum memmerlukan penyerapan air yang banyak melalui proses transeluler. Hidrolisis glikoaminoglikan di antrum dapat meningkatkan osmolaritas cairan folikel dan membantu penyerapan air. Lima sampai enam hari sebelum ovulasi, folikel secara cepat berekspansi (akibat dari proliferasi cepat sel granulosa dan akumulasi cairan antrum dan pindah ke permukaan ovarium). Untuk mengakselerasi ekspansi ini dapat menyebabkan nyeri pelvik pada pertengahan siklus (mittelschmerz). Kesempurnaan pertumbuhan fase folikular ini menjadi folikel de graaf, dan bersiap untuk ovulasi.


PENGERAHAN, PEMILIHAN DAN DOMINASI FOLIKEL
Pengerahan diartikan sebagai proses folikel dari tempat penyimpanannya dan mulai inisiasi pertumbuhan. Beberapa penulis menyukai istilah ini dibagi menjadi dua, pengerahan inisisal dan pengerahan siklik. Pengerahan siklik tidak menjamin terjadinya ovulasi, karena pertumbuhan folikel dapat menjadi atresia.
Pemilihan diartikan sebagai proses maturasi folikel dan terjadi pengurangan jumlah untuk kuota ovulatori spesifik.
Dominasi ditandai dengan status folikel yang siap ovulasi pada hari ke 5-7 setelah penghancuran korpus luteum dari siklus sebelumnya. Destruksi ukuran folikel terbesar pada hari ke-8 sampai 12 pada perlambatan lonjakkan preovulatori gonadotropin pituitari selanjutnya.
Siklus menstruasi 28 hari, karena jangka hidup intrinsik folikel dominan (fase folikular) dan korpus luteum (fase luteal), bukan karena otak atau pituitari.

Karakteristik Endokrin Terhadap Folikel Untuk Dominasi.
Folikel dengan Ø < 8 mm berhubungan dengan rasio estrogen-androgen intrafolikular yang rendah, tapi dari fase mid folikular kedepan, rasio ini terbalik. Folikel yang terpilih dapat memproduksi estradiol dan masuk ke sirkulasi, dgn fungsi ovarium asimetris diawal hari ke-5 sp 7 siklus. Pada fase folikular akhir konsentrasi estradiol intrafolikel berhubungan langsung dengan ukuran folikel dan mencapai kadar puncaknya sampai 1 μg/mL. Seiring dengan lonjakkan LH konsentrasi estradiol intrafolikular menurun dan ada hubungan penurunan konsentrasi androstenedion. Kadar Progesteron dan 17α hidroksiprogesteron meningkat, menandakan awal luteinisasi sel granulosa.
Folikel preovulasi ditandai dengan konsentrasi cairan folikel yang tinggi akan estrogen dan progesteron serta rendah androgen. Gambaran folikel yang lebih kecil pada fase akhir folikel ditandai dengan konsentrasi andogen yang tinggi dan estrogen-progeseteron yang rendah. Didalam serum, konsentrasi FSH pada cairan antrum lebih tinggi daripada folikel yang lebih besar dan kadar estradiol lebih tinggi di carian antrum. Kerja reseptor LH pada sel granulosa, memungkinkan LH untuk menggantikan FSH untuk mengawali stadium akhir maturasi pada folikel preovulasi.

OVULASI
Pada pertengah siklus, peningkatan estrogen yang berasal dari folikel dominan menginisiasi lonjakkan LH ke lonjakkan FSH. Trigger ini awal dari meiosis, ovulasi dan luteinisasi. Lonjakkan LH preovulasi menyebabkan ruptur folikel pada 36 jam kemudian. Sebelum ruptur terjadi perubahan sel granulosa dan oosit, termasuk supresi transkripsi gen yang mengatur proliferasi sel granulosa, hilangnya gap junction, yang memisahkan sinsitium elektrofisiologis sel granulosa dan oosit, dan induksi pemilihan gen untuk ovulasi seperti encoding cyclooxygenase-2 (COX-2).
Ekspansi kumulus untuk ovulasi sebagai konsekuensi peningkatan sintesis asam hialuronad yang berasal dari induksi LH asam hialuronad sintase-2 pada sel kumulus dan sel granulosa. Penggandaan rantai berat inter-α-tripsin menghambat aminoglikan ini, dan prostaglandin E2 yang menginduksi hyaluronic acid-binding protein TSG-6.
Stigma pada permukaan dari folikel yang menonjol sebagai persiapan untuk ruptur. Sebagian pendapat mengatakan ovulasi seimbang frekuensi kanan dan kiri, adapula yang mengatakan bahwa ovarium kanan lebih dominan.

Kebutuhan Progesteron
Awal kerja LH pada proses ovulasi yang terjadi dalam sejam setelah lonjakkan, adalah induksi reseptor progesteron di sel granulosa.

Kebutuhan Prostaglandin
LH menstimulasi biosintesis prostaglandin difolikel ovarium sebagai akibat dari induksi enzim COX-2 pada sel granulosa preovulasi. COX-1 tidak dibentuk oleh sel granulosa dan kadar enzim ini di folikel graaf tidak berubah dengan stimulus ovulatori. Inhibitor prostaglandin , memperlambat waktu ovulasi.

Mekanisme Ruptur folikel
Beberapa hipotesis; bukan suatu peningkatan tekanan hidrostatik (pada pengukuran tekanan intrafolikular rendah), peningkatan tekanan osmotik koloid sel granulosa dari derivat proteoglikan. Komposisi cairan antrum dan pembesar dan ruptur folikel ada hubungannya.
Formasi stigma dan ruptur menunjukkan kerja enzim lokal pada dinding folikel.

MATURASI OOSIT
Maintenance Meiosis Arrest
Terjadinya inhibisi maturasi tidak diketahui secara pasti. Yang diketahui adanya penahanan pada stadium diploten akhir, dengan mengeluarkan oosit dari lingkungan intrafolikular dan menghasilkan pembukaan secara spontan meoisis. Inhibisi meiosis memerlukan media yang dikelilingi oleh sel granulosa.

Maturasi Inti
Oosit primer diubah menjadi oosit sekunder atau telur melalui metafase meiosis pertama dan pembentukkan polar body pertama. Oosit dengan perkembangan penuh dari folikel antrum menghasilkan maturasi meiosis sebagai respons terhadap lonjakkan LH pada pertengahan siklus. Maturasi nukleus pertama kali terlihat secara amorfologik ketika vesikel germinal pecah karena gangguan lamina nukleus. Karena pajanan ke sitoplasma, kondesitas kromatin bergerak kearah korteks dan terbentuk meiosis I, dengan penonjolan polar body pertama. Kromatin berubah ke metafase meiosis II lalu beristirahat ditingkat ini, dan sekarang berubah menjadi oosit sekunder atau metafase II sebelum pelepasan fisik telur dari folikel selama ovulasi. Pengakhiran meiosis dengan ekstrusi polar body kedua tidak terjadi hingga fertilisasi.

Kontrol siklus sel oosit
Sebagai sel somatik, siklus sel oosit diatur oleh kadar dan aktivitas protein yang dikenal dengan Cyclins dan cyclin-dependent kinase (cdk). Salah satunya maturation-promoting factor (MPF), menginduksi pembukaan meiosis. MPF ternyata heterodimer dari dua protein; cyclin B dan p34 (dikenal sebagai cdk-1. Aktivasi MPF karena lonjakkan LH menginduksi pembukaan meiosis I, pemecahan vesikel germinal dan masuk ke meiosis II.
ATRESIA
Atresia terjadi pada semua stadium perkembangan folikel, bisa spontan atau sebagai respon faktor lingkungan atau obat-obatan. Atresia spontan utamanya karena ketidakadaan faktor trofi essensial pada saat kritis pembentukan atau maturasi folikel. Apoptosis mengeliminasi oosit dan sel granulosa.

SPONTANEOUS TWINNING
Spontaneous twinning dizigot terjadi karena maturasi folikel multipel, yang berhubungan dengan kadar FSH, lebih sering pada wanita yang lebih tua dan berhubungan dengan genetik.

PEMBENTUKKAN KORPUS LUTEUM DAN PENGHANCURANNYA
Stadium Inisiasi Pembentukkan Korpus Luteum
Setelah ovulasi, folikel yang ruptur dibentuk menjadi korpus luteum. Perdarahan kedalam rongga folikel karena ruptur folikel disertai proliferasi dan penetrasi pembuluh darah dan fibroblas yang mengelilingi stroma. Perkembangan korpus luteum berhubungan secara paralel dengan produksi progesteron.sel granulosa mural secara signifikan berubah morfologinya sebagai respon lonjakkan LH, luteinisasi. Sel steroidogenik korpus luteum heterogen dalam ukuran dan bentuk. Dua sistem sel sintesis estrogen berada dikorpus luteum, bukan di folikel.

Hormon Luteum
Untuk menginduksi ovulasi dan luteinisasi, LH memiliki peranan untama untuk mempertahankan fungsi korpus luteum. Pemberian GnRH antagonis pada wanita di fase luteal dapat menyebabkan penurunan kadar progesteron perifer kurang dari 6 jam setelah pemberian. Reseptor LH/ hCG dimembran korpus luteum secara progresif meningkat selama fase luteal dan kemudian turun, tapi dapat dideteksi walau pada fase luteal. Sistem reseptor ini terlihat segera setelah lonjakkan LH endogen, dengan injeksi 10.000 IU hCG pada beberapa hari pertama setelah ovulasi tidak menimbulkan peningkatan produksi progesteron.

Progesteron Sebagai Luteotropin
Korpus luteum memproduksi 25-50mg progesteron/hari. Sel luteal berespon dengan steroid ini dan berkepentingan terhadap reproduksi endokrin dan intrakrin.

Luteolisis
Jangka hidup fungsional korpus luteum pada siklus nonfertil normalnya 14 hari, ± 2hari. Kecuali terjadi kehamilan, ditransfer menjadi avaskular, korpus albikan. Regresi korpus luteum, luteolisis, dengan perubahan fungsional (contohnya perubahan endokrin, terutama penurunan progesteron) juga perubahan struktur (contohnya apoptosis dan involusi jaringan).
Hilangnya LH dan penurunan reseptor LH tidak termasuk dalam luteolisis. Hilangnya post-reseptor LH/hCG dan berkurangnya respon korpus luteum terhadap stimulasi hCG. Penurunan ini mengarah ke penurunan produksi progesteron.

KORPUS LUTEUM PADA KONSEPSI
Pada konsepsi korpus luteum tidak mengalami luteolisis dengan adanya hCG dari trofoblas. Peningkatan progresif konsentrasi luteotropin in terdeteksi pertama kali didarah tepi 8 hari setelah ovulasi, keduanya menstimulasi steroidogenesis pembentukkan struktur kelenjar involusi yang mana merupakan sumber utama progesteron di 10 minggu pertama gestasi. Korpus luteum ukurannya menjadi dua kali lipat selama 6 minggu pertama karena hipertrofi sel teka dan sel granulosa lutein dan akumulasi jaringan penyambung dan sel non-steroidogenik, biasanya sel endotel. 17α-hidroksiprogesteron tidak diproduksi oleh plasenta tapi dari korpus luteum. Kadarnya meningkat hingga puncaknya pada minggu keenam kehamilan dan kemudian turun. Penurunan aktivitas steroidogenik ini dibuktikan dengan hipertrofi korpus luteum lalu diikuti dengan pengisutan. Korpus luteum hamil juga mensekresi hormon protein, termasuk inhibin A dan relaksin. Relaksin berfungsi untuk memulai desidualisasi endometrium dan menekan aktivitas kontraktil otot halus uterus.

FUNGSI GONADOTROPIN DAN OVARIUM
Follicle Stimulating Hormone (FSH)
FSH diperlukan untuk transisi sekunder folikel preantral untuk masuk stadium antral. Maturasi folikel diinisiasi diawal siklus menstruasi ditandai dengan peningkatan kadar FSH pada fase luteal akhir dengan penurunan kadar progesteron, estradiol dan inhibin A. FSH dapat menginduksi pertumbuhan folikular ke ukuran preovulatori paling tidak 17mm dengan tidak adanya LH. Salah satu kerja FSH adalah menginduksi aromatase di sel granulosa. FSH juga menginduksi sitokrom P450 reduktase, yang mentransfer elektron menjadi aromatase dan tipe 17ßhidroksisteroid dehidrogenase, "estrogenik" 17ßhidroksisteroid dehidrogenase mengubah esteron menjadi estradiol.
FSH menginduksi reseptor LH di sel granulosa folikel preovulatori. Tahap akhir pematangan, LH dapat mengikuti fungsi FSH pada pematangan folikel. Hal ini memungkinkan folikel dominan menyempurnakan pematangannya sebelum penurunan kadar FSH, dan mempersiapkan respon lonjakkan LH.

HORMON LUTEIN
Pada fase folikular siklus ovarium, LH menstimulasi steroidogenensis sel teka, yang memberikan androgen untuk aromatisasi sel granulosa. LH tidak diperlukan untuk eskpansi folikel karena FSH murni eksogen dapat menggiring pertumbuhan folikel ke tahap preovulasi ketika LH tidak terdeteksi atau ditekan obat-obatan (GnRH agonis atau antagonis).
Pada siklus menstruasi normal, FSH menginduksi reseptor LH di sel granulosa preovulasi dan memungkinkan LH mengambil alih fungsi FSH pada tahap akhir pematangan folikel.
Reseptor ini memungkinkan sel granulosa menjadi kompeten untuk berespon lonjakkan LH yang akan menginisiasi permulaan meiosis, ovulasi dan luteinisasi sel granulosa dan teka.
Beberapa LH menstimulasi produksi androgen dan sinergis dengan FSH untuk maturasi folikel, dengan potensinya dengan kadar tinggi LH memungkinkan terjadinya luteinisasi prematur dan atresia folikel dan tidak sampai tahap graaf, disebut sebagai "LH window" maturasi folikel. LH mampu menstimulasi maturasi folikel dominan. Setelah ovulasi LH dapat mempertahankan korpus luteum.



HORMON PROLAKTIN
Pada rodent prolaktin penting sebagai luteotropin. pada manusia walau ada reseptornya diovarium manusia, hormon ini mempunyai efek minimal pada fungsi ovarium fisiologis. Kadar prolaktin yang tinggi menginhibisi pembentukkan trophic hormone-stimulated progestin oleh sel granulosa lutein invitro. Pada manusia gangguan reproduksi yang dapat terjadi karena kadarnya yang tinggi didalam darah.

AKTIVITAS ENDOKRIN OVARIUM DALAM KEHIDUPAN REPRODUKSI
Steroidogenesis
Walau folikel juga terdapat pada janin dan bayi, kapasitas steroidogeniknya hanya berfungsi pada masa puber.

Biosintesis Estrogen
Biosintesis estrogen memerlukan kerjasama antara sel granulosa dan teka. Kedua sel ini mempunyai gonadotropin utama (FSH dan LH). Produksi androgen teka distimulasi oleh LH produk FSH-dependent aromatase sel granulosa.
Dari penelitian sel granulosa yang diisolasi menunjukkan FSH, bukan LH, menstimulasi produksi estrogen saat disediakan dengan bahan-bahan yang dapat diaromatisasi. Sel teka tidak memproduksi estrogen tapi mensekresi dehidroepiandrosteron, androstenedion dan sejumlah kecil testosteron saat aktivitas adenilat siklase distimulasi. Aktivitas aromatase sel granulosa diperkirakan paling tidak 700 kali lebih besar di sel granulosa dari folikel preovulatoir daripada yang di sel teka.
Biosintesis Androgen
Sel teka terdapat lapisan sebagai sumber utama androgen folikel. Lapisan teka mengandung StAR, P450scc, P450c17 dan tipe 2 3ß-hidroksisteroid dehidrogenase, semuanya dibawah kontrol LH.
Biosintesis Progeseteron
Sel granulosa, seperti halnya sel teka-interstitial dipersiapkan dengan baik untuk biosintesis progestin setelah lonjakkan LH yang memicu encoding StAR, P450scc, dan tipe 2 3ß-hidroksisteroid, trias untuk efisiensi sintesis progesteron.

HORMON PROTEIN YANG BERASAL DARI OVARIUM
Inhibin
Diovarium sumber utama inhibin adalah sel granulosa. Inhibin mensupresi pituitari terhadap poduksi FSH. Inhibin dibagi 2, A dan B. B disekresi terutama dalam fase awal folikular dengan kadarnya menurun pada pertengahan fase folikular dan menjadi tidak terdeteksi setelah lonjakkan LH. Konsentrasi inhibin A rendah selama pertengahan pertama fase folikular tapi meningkat selama pertengahan fase folikular dan puncaknya pada fase luteal.
Sekresi inhibin A diatur oleh gonadotropin tapi produksi inhibin B tidak. Regulasi yang berbeda ini terlihat pad folikel yang besarnya < 6mm terdapat inhibin A dan kadarnya meningkat dengan peningkatan ukuran folikel. Berbeda dengan inhibin B yang kadarnya tidak berhubungan dengan ukuran folikel ataupun tahap maturasi.
Relaksin
Adalah hormon yang berperan dalam memfasilitasi desidualisasi endometrium dan menekan aktivitas kontraktil miometrium, dibentuk oleh sel luteum dari korpus luteum. Kadar tertinggi di sirkulasi adalah pada awal trimester dan menurun sekitar 20% dan tetap konstan selama kehamilan.
Regulator Intraovarian
Pertumbuhan folikel dan fungsi korpus luteum, dibawah pengaruh langsung dari pituitari, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor intraovarium sendiri yang mengatur kerja gonadotropin. Faktor intraovarian ini sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan folikel gonadotropin-independent, dilihat dari perbedaan pertumbuhan folikel ovarium, istirahat dan inisiasi meiosis, seleksi folikel dominan dan luteolisis. Regulator intraovarian termasuk hormon steroid, growth factor dan sitokin, yang terakhir diproduksi oleh sel ovarium, sel endotel dan makrofag dan leukosit.

Faktor Derivat Oosit
Growth-development factor-9
GDF-9 bagian dari TGF- ß family, oleh oosit dan sel granulosa. Defisiensi GDF-9 pada tiukus menghentikan pertumbuhan tahap awal. GDF-9 efeknya bervariasi di sel granulosa dan sel teka, bekerja melalui reseptor MP tipe2. Pada rodent, GDF-9 menstimulasi diferensiasi sel granulosa, termasuk menginduksi reseptor LH dan steroidogenesis. Pada sel kumulus, GDF-9 membuat hialuronan sintase2, pentraxin3, TSG-6, juga menekan urokinase saat menstimulasi COX-2 dan pembentukkan sintesis prostaglandin. Reseptor LH ditekan dapat mengganggu luteinisasi.

Bone Morphogenetic Protein-15
dikenal juga sebagai GDF-9b, diproduksi oleh oosit. Dengan GDF-9 secara struktural sama. Secara invitro menstimulasi mitosis sel granulosa.

HORMON STEROID DAN REGULASI FUNGSI OVARIUM
Peranan Prekursor Kolesterol
Family C29 4,4-dimetilsterol intermediat dari jalur biosintesis kolesterol dari lanosterol menginduksi oosit untuk menghasilkan meiosis. Salah satu dari sterol ini 4,4-dimetil-5α-koles-8,24-diene-3ß-ol terdapat dalam folikel fluid (FF) meiosis-activating substance (MAS) atau FF-MAS. Yang diisolasi dari testis adalah T-MAS. Gabungan ini disintesis oleh lanosterol. FF-MAS dan T-MAS ada dalam konsentrasi kecil cairan folikel preovulasi; 1,6 μM FF-MAS dan sekitar ½ T-MAS.
FF-MAS dapat menginduksi maturasi derivat kumulus sel oosit atau maturasi oosit ketika diperfusi ke ovarium rodent. Kerja FF-MAS dan T-MAS sampai saat ini belum diketahui secara jelas.

Peranan estrogen
Berperan penting pada kerja sel granulosa, teka dan sel luteal ovarium. Reseptor estrogen α dan ß terdapat pada epitel permukaan ovarium, sel granulosa (reseptor ß mendominasi), sel teka dan sel granulosa lutein.
Peranan fisiologis estrogen masih diperdebatkan, kadarnya tinggi saat maturasi folikular dan fungsi korpus luteum. Kadar tertinggi estradiol di antrum pada folikel preovulasi (~1μg/mL).
Sel granulosa pada binatang, estrogen mempunyai aksi pleiotropik. Dengan merangsang proliferasi dan menggunakan efek anti-atresia. Estrogen di gap junction interseluler dan pembentukkan antrum, juga meningkatkan reseptor estrogen yang berisi sel granulosa. Sinergisitas estrogen dengan genadotropin pada beberapa tingkat, termasuk promosi pertumbuhan ovarium, reseptor LH dan FSH dan penambahan aktivitas aromatase.
Pada penelitian wanita dengan kekurangan 17α-hidroksilase/17-20 desmolase tidak dapat memproduksi androgen teka untuk menunjang sistesis estradiol di sel granulosa. Awal pertumbuhan folikular ke tahap preovulasi pada lingkungan miskin-estrogen memungkinkan dengan diiluti desensitisasi pituitari. Terlihat pada wanita hipogonadotropik berat diberikan FSH eksogen. Pertumbuhan folikel, dengan ketidakadaan LH eksogen, sintesis estradiol minimal. Pertumbuhan kista folikular dengan kadar estrogen rendah sering terjadi pada wanita dengan defisiensi StAR, 17α-hidroksilase/17-20 desmolase dan aromatase.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan kadar tinggi estrogen berhubungan dengan maturasi folikular dan tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan folikel terhadap besarnya pada tingkat preovulasi.
Ada data farmakologik yang mengatakan bahwa estrogen penting untuk fungsi oosit. Pada kera yang diberikan aromatase inihibitor selama maturasi folikular yang secara substansial mengurangi kadar estradiol tapi tidak berefek terhadap pertumbuhan folikel.
Estrogen eksogen mengeluarkan efek luteotropik di korpus luteum, kemungkinan melalui kerjanya pada sistem saraf pusat.
Kesimpulannya, ketika ovarium menunjukkan reseptornya untuk menerima beberapa sel untuk berespon terhadap estradiol, fisiologis estrogen saat maturasi folikel dan fungsi luteal ovarium masih belum diketahui. Nyatanya, pertumbuhan folikel tidak membutuhkan kadar tinggi estradiol, tapi harmonisasi yang akan menghasilkan maturasi oosit yang mampu mengembangkan janin setelah fertilisasi dan memerlukan kerja estrogen di sel granulosa atau oosit.

Peranan Androgen
Androgen berefek terhadap awal masa ovarium. Pemberian testosteron atau 5α-dihidrotestosteron pada kera rhesus membuat akumulasi folikel primer juga folikel yang selamat, sebagai perkiraan kerja folikulotropik. Reseptor androgen berhubungan secara positif dengan marker sel proliferasi (Ki-67) dan berhubungan secara negatif dengan apoptosis. Hal ini kontradiktif dengan sifat androgen yang atretogenik, pada ovarium rodent dengan blok androgen proliferasi sel granulosa in vitro yang menyebabkan atresia folikel. Contohnya, ketidakadaan gonadotropin, androgen memprovokasi atresia folikular dan antagonis estrogen berhubungan dengan peningkatan berat ovarium setelah hipofisektomi immatur pada tikus. Hal tersebut mirip dengan pemberian terapi 5α-dihidrotestosteron (dalam cairan folikel) menghabisi kemampuan FSH menginduksi reseptor LH di sel granulosa dan menginhibisi proliferasi sel granulosa.

Peranan Progesteron
progesteron diproduksi oleh folikel preovulasi yang dibutuhkan untuk ovulasi. Juga meregulasi fungsi korpus luteum. Blokade farmakologik produksi progesteron ovarium dengan 3ß-hidroksisteroid dehidrogenase inhibitor mengindikasikan menggunakan anti-apoptosis dan efek prodiferensiasi sel lutein dan memelihara fungsi luteal. Antagonis reseptor progesteron, mifepriston dan HRP2000, menghambat hCG-stimulated progesteron dan sekresi relaksin oleh sel granulosa-lutein. Reseptor progesteron A dan B, ada pada kera rhesus dan korpus luteum manusia, dengan reseptor mRNA progesteron meningkat sejak awal hingga akhir fase luteal. Kerja antagonis reseptor progesteron di sel lutein steroidogenesis sebagai refleksi transkripsi dari nukleus reseptor ini.

INSULIN-LIKE GROWTH FACTORS
IGF dengan berat molekul yang rendah, struktur dan fungsi mirip dengan insulin. IGF-1 dan IGF-2 ada pada cairan folikel manusia. Cairan folikel IGF-1 biasanya predominan berasal dari plasma. IGF-2 diproduksi oleh teka dan pembuluh darah perifolikular dari semua folikel dan sel teka dan sel granulosa folikel antral yang kecil dan diperlihatkan oleh sel granulosa preovulasi. IGF-1 tidak esensial untuk perkembangan normal folikular, namun IGF-2bisa ada pada keadaan ini.

TRANSFORMING GROWTH FACTOR ß SUPERFAMILY
TGF- ß superfamily termasuk molekul TGF- ß, aktivin, inhibin dan derifat protein dari oosit GDF-9 dan BMP-15. TGF ß mempunyai reseptor ß1 (proliferasi dan diferensiasi sel granulosa tikus, meningkat sesuai dengan perkembangan folikel) dan ß2 (produksi dan kerja teka-interstitial teka dan sel granulosa). In vitro, memodulasi produksi aktivin di sel granulosa-luteal.
Inhibin Dan Aktivin
Inhibin diproduksi oleh ovarium dan memiliki peranan intraovarian. Aktivin, dibentuk leh dimer ß-subunit inhibin, dinamakan bergitu karena distimulasi oleh sekresi FSH oleh sel pituitari. Kadar aktivin A tertinggi selama pertengahan dan akhir masa luteal-awal fase folikular dan lebih tinggi pada kehamilan. Pada aspirasi folikular, konsentrasi aktivin A tidak berhubungan dengan ukuran dan maturitas folikel. Karena peningkatan kadar inhibin dengan peningkatan ukuran dan maturasi folikel, perkembangan folikel ditandai dengan transisi aktivin dominan ke lingkungan inhibin A dominan.

Mullerian-Inhibitng Substance
MIS dikenal juga sebagai hormon antimulerian. Terdeteksi pada ovarium wanita dewasa sebagai tambahan untuk menginduksi degenerasi duktus mulerian selama diferensiasi kelamin laki-laki. MIS diproduksi olseh sel granulosa. FSH menstimulasi pertumbuhan folikel preantral in vitro untuk menekan keberadaan MIS.

SISTEM RENIN-ANGIOTENSIN OVARIUM
kadarnya berfluktuasi pada siklus normal, mencapai kadar puncaknya sekitar pertengahan siklus. Renin memecah angiotensinogen untuk membentuk angiotensin I, lalu membentuk angiotensin II, pengaktifan melalui angiotensi-converting enzyme. Kadar Angiotensin II yang tinggi pada cairan folikel turut bertanggung jawab terhadap maturasi oosit dalam ovulasi. Diperkirakan angiotensin II memegang peranan dalam pembentukkan korpus luteum dan regulasi sekresi steroid oleh sel lutein.


THE EPIDERMAL GROWTH FACTOR FAMILY
EGF sebagai salah satu protein: EGF, heparin-binding EGF, TGF-α. EGF dan TGF-α merupakan inhibitor poten terhadap diferensiasi sel granulosa yang didukung oleh gonadotropin.

THE FIBROBLAST GROWTH FACTOR FAMILY
tugasnya menstimulasi replikasi jangka hidup sel granulosa. Juga diperkirakan berperan danlam angiogenesis dalam perkembangan korpus luteum.

GONADOTROPIN-RELEASING HORMONE
GnRH-1, GnRH-2, reseptor GnRH terdapat pada sel granulosa-lutein dan epitel permukaan, kadarnya lebih rendah daripada yang dihipothalamus dan pituitari. Penelitian in vitro menemukan efek inhibisi dose-dependent GnRH-1 dan GnRH-2 pada hormon yang distimulasi steroidogenesis dan inhibisi proliferasi sel epitel permukaan. Gambaran ini menunjukkan adanya sistem GnRH intraovarian. Adanya reseptor GnRH juga meningkatkan kemungkinan ovarium sebagai target GnRH agonis dan antagonis. GnRH antagonis tidak berefek secara langsung terhadap sel ovarium manusia.

INTERLEUKIN
Sitokin interleukin IL-1 secara predominan memproduksi dan mensekresi oleh aktivasi makrofag. IL-1 menekan fungsi dan morfologi luteinisasi. Pada tikus tanpa IL-1α, IL-1ß fertil, menandakan bahwa IL-1 tidak memepengaruhi fungsi ovarium.




TUMOR NECROSIS FACTOR-α
Dari aktivasi makrofag, memperlihatkan regresi korpus luteum. TNF-α juga ada pada lapisan antral sel granulosa pada cairan folikel; folikel atresia. Kerjanya menginhibisi diferensiasi sel granulosa dari tikus immaturdengan memblokade FSH.

NEUROTROPIN
Nerve Growth Factor (NGF) dibutuhkan pada perkemabangan awal folikel, karena defisiensi NGF pada tiukus menyebabkan reduksi olikel primer dan sekunder dan peningkatan jumlah oosit yang tidak bekerjasama dengan struktur folikel berkenaan dengan kadar normal gonadotropin.
Sistem neurotropin intraovarian penting untuk perkembangan awal folikular dan maturasi oosit lanjut.

CORTICOTROPIN—RELEASING FACTOR
CRF terdapat pada teka dan sel stroma. Reseptor CRF terdapat pada teka tapi bukan stroma atau sel granulosa. CRF memungkinkan regulasi autokrin atau parakrin di teka-stroma.

REGULASI INTRAOVARIAN
Inhibitor Luteinisasi
diperkirakan karena kemampuan sel granulosa dari preovulasi yang besar tapi tidak kecil untuk menjadu luteinisasi spontan in vitro.

Gonadotropin Surge-Inhibiting Factor
Dipercaya sebagai molekul non-steroid yang menghambat lonjakkan LH dan sekresi FSH yang diinduksi oleh estradiol ataupun GnRH.

PENUAAN OVARIUM
Seiring dengan usia ada penurunan kualitas dan kuantitas terhadap pool folikel dan oosit. Ramalan deplesi folikel pada wanita dengan mestruasi teratur diprediksi pada usia 50tahun setiap ovarium memiliki 2500-4000 folikel primordial. Dan akselerasi deplesi folikel meningkat pada dekade akhir masa reproduktif. Pada usia 45-46tahun, menstruasi iregular terjadi. Pada beberapa penelitian, ooforektomi unilateral dan nuliparitas berhubungan dengan menopause lebih cepat dan paritas kejadian menopausenya onsetnya lebih lambat.
Berat ovarium menopause kurang dari 10gram. Secara morfologi terjadi penurunan volume dan peningkatan fibrosis stroma dengan akumulasi jaringan sikatriks dan jaringan penyambung. Beberapa folikel primordial bisa ditemukan sedang mengalami maturasi dan atresia hingga 5tahun setelah mesntruasi terakhir. Pengurangan jaringan pembuluh darah dengan lumen pembuluh darah yang menjadi lebih kecil dan penebalan atau sklerosis dinding pembuluh darah, diikuti dengan pengurangan stroma pembuluh darah ovarium (USG doppler).
Dengan penuaan, epitel permukaan ovarium berubah. Papila dan kripta lebih sedikit dan sel epitel permukaan menjadi rata dan vilinya menjadi lebih sedikit dan lebih pendek. Terjadi juga peningkatan jumlah apoptosis dan nekrosis.

MEKANISME PENUAAN OVARIUM SECARA ALAMI
Penuaan ovarium karena kombinasi interaksi faktor genetik, yaitu korelasi positif usia wanita menopause antara ibu dananak perempuannya, saudara perempuan dan kembar monozigot.
Peningkatan kehilangan folikel terjadi setelah usia 38 tahun dengan percepatan pengurangan folikel. Perubahan bertahap seiring bertambahnya usia. Penuaan oosit berhubungan dengan peningkatan meiosis non-disjunction, hal ii berhubungan dengan kerusakkan karena stress oksidatif dan gangguang mikrosirkulasi disekeliling folikel yang terpilih. Hilang spontan gen mitokondria berakumulasi di otot selama penuaan, meningkat diusia 30-40tahun. Hilangnya, berhubungan dengan penyakit, proses patologi memungkinkan kerusakkan dari aktivitas oksidatif mitokondria yang tidak adekuat bertahan oleh mekanisme seluler antioksidan.
Akumulasi pengurangan-pengurangan di mitokondria oosit ini sebagai potensi lain terhadap penuaan ovarium. Stres oksidatif sebagai sebagai hipotesis penyebab pengurangan DNA, juga induksi apoptosis. Pemeriksaan stres oksidatif dicairan folikel (contohnya, conjugated dienes, lipid hidroperoksidase, asam tiobarbiturat) tidak berhubungan dengan potensial reproduktif oosit pada fertilisasi in vitro/program transfer embrio.
Rokok menciptakan lingkungan untuk meningkatkan penuaan ovarium. Merokok mengurangi ukuran pool folikel ovarium dan mempercepat usia menopause 2 tahun. Juga berhubungan dengan pengurangan spontan terhdap fertilitas, luaran fertilisasi perbantu dan peningkatan insiden trisomi 21.
Dikarenakan inhibitor stres oksidatif meniru kemampuan FSH untk menghalangi apoptosis, pergeseran aktitvitas peroksidan/antioksidan dicairan folikular perokok menjadi hipotesis mekanisme merokok berhubungan dengan penuaan ovarium. Merokok juga mengarah ke akumulasi pengurangan mitokondria DNA karena stres oksidatif.

PEMERIKSAAN KLINIS UNTUK CADANGAN FOLIKEL
Sejumlah folikel terdeteksi diovarium dengan pemeriksaan sonograf dan berhubungan dengan usia dan respon ovarium dalam mengatur stimulasi ovarium. Pengurangan kadar inhibin B serum dan peningkatan FSH hari ketiga (N< 10mui/ml) dan estradiol (N< 80pg/ml) sebagai prediktif pengurangan cadangan ovarium. Tes dengan beban klomifen sitrat sebagai pemeriksaan provokatif terhadap cadangan ovarium pada siklus hari ke-3 kadar FSH ditentukan, dilanjutkan dengan pemberian klomifen sitrat (100 mg/hari) pada hari ke5 dan 9. Penentuan kedua diperiksa pada hari ke-10. Tes ini diindikasikan pengurangan cadangan ovarium dengan kadar FSH inisial atau final. Pemeriksaan lain untuk cadangan ovarium, seperti GnRH-agonis challenge test, belum direkomendasikan untuk rutinitas.
MIS (antimulerian hormon), juga bisa sebagai marker penuaan ovarium. MIS diproduksi oleh sel granulosa folikel kecil dan tidak menunjukkan fluktuatif yang bermakna selama siklus. Kadarnya menurun seiring dengan bertambahanya usia dan berhubungan dengan jumlah folikel antrum yang terlihat dengan pemeriksaan USG.

AKTIVITAS ENDOKRIN PADA OVARIUM POSTMENOPAUSAL
Walaupun tanpa folikel, ovarium menopause tidaj secara keseluruhannya terhenti fungsinya sebagai organ endokrin namun tetap mempunyai kemampuan yang variabel untuk memproduksi androgen. Ovarium posmenopause diperkirakan sebagai sumber testosteron walau bervariasi ditiap individu tergantung produksi androgen. Kadar testrosteron disirkulasi pada wanita postmenopause sedikit lebih rendah daripada wanita premenopause, serum testosteron menurun mencapai 50% setelah ooforektomi.
Ovarium postmenopause mungkin memberikan kontribusi tidak lebih dari 20% terhadap produksi perhari androstenedion, dimana adrenal menjadi sumber predominan. Keadaan ini ditunjang oleh:
 Androstenedion serum berkurang secara minimal setelah ooforektomi.
 Androstenedion darah mempunyai irama diurnal
 Androstenedion serum berkurang setelah terapi deksametason.
 Kadar androstenedion meningkat setekah pemberian sistemik ACTH bukannya hCG.
 Androstenedion kadarnya berbeda antara vena ovarium dengan pembuuh darah perifer dan lebih rendah pada wanita premenopause.
Cauley et al meneliti kadar hormon [ada wanita postmenopause dengan atau tanpa ovarium ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kadar testosteron dan androstenedion disirkulasi. Couzinet et al, kadar androgen plasma sangat rendah pada wanita postmenopause dengan insufisiensi adrenal, mirip dengan yang telah ooforektomi dan yang tanpa ooforektomi dengan fungsi adrenal normal. Penelitian ini menunjukkan deksametason secara dramatis menekan androgen plasma sementara terapi hCG tidak berefek pada kadar plasma seks steroid.
Estrogen wanita psotmenopause menigkat dari aromatisasi ekstraglandular ke androstenedion. Ooforektomi tidaj mengurangi ekskresi estrogen wanita postmenopause. Namun, adrenalektomi setelah ooforektomi menghilangkan estrogen di urin.
Terdapat beberapa bukti bahwa produksi androgen wanita postmenopause adalah gonadotropin-dependent. Pemberian hCG pada wanita postmenopause memberikan peningkatan kadar testosteron disirkulasi. Injeksi hCG menyebabkan hiperplasia sel hillus ovarium dan secara histologik terbukti steroidogenesis aktif. Pemberian hCG bukan ACTH, meningkatkan androgen, tapi bukan estrogen, diproduksi oleh ovarium.
Terapi jangka panjang wanita menopause dengan GnRH agonis menyebabkan penurunan kadar testosteron disirkulasi, dan penurunan kadar estradiol sebanyak 22%.
Hiperplasia stroma dapat terjadi pada ovarium wanita postmenopause, pembesaran ovarium dengan hiperplasia stroma yang kaya akan lipid, sel lutein yang menyerupai teka interna. Ovarium dengan hiperplasia stroma memproduksi androstenedion dalam jumlah banyak dan menyebabkan hirsutisme dan virilisasi.




DAFTAR PUSTAKA

1. Yen and Jaffe. The Ovarian Life Cycle in Reproductive Endocrinology. Elsevier Inc. Philadelphia, USA. 5th ed. 2004. p 213-254.
2. Greenspan, Baxter. Ovarium dalam buku Endokrinologi Dasar dan Klinik. Edisi 4. Appleton and Lange. Jakarta, EGC, 1998. hal 545-612.

s